Senin, 06 April 2015

ISLAM DI AMERIKA

sumber: Buku ISLAM IN AMERICA karya Jane I Smith

DINAMIKA KEHIDUPAN IMIGRAN MUSLIM  DI AMERIKA

Tak dapat dipungkiri Islam merupakan sebuah agama yang universal. Eksistensi  islam hampir menyeluruh tersebar di seluruh penjuru bumi tak terkecuali Amerika. Amerika  merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama kristiani, namun hal tersebut tak bisa menampik berkembangnya agama islam disana. Kebanyakan para sejarawan menyebut,  bahwa islam masuk ke Amerika terjadi pada pertengahan dan akhir abad 19. Seperti  di negara negara barat lainnya, masuknya agama islam umumnya dibawa oleh para kaum imigran. American Dreams, itulah tujuan semula para imigran muslim yang datang ke Amerika. Para imigran muslim yang mayoritas berasal dari Timur tengah dan Afrika datang ke Amerika dengan harapan dapat memeperoleh peruntungan, besar ataupun kecil, yang kemudian hasilnya akan mereka bawa  pulang kembali ke Tanah air asal.

Sebagian  sejawawan berpendapat, dua abad sebelum perjalanan Columbus di tahun 1492, orang-orang islam telah melakukan pelayaran dari Spanyol  dan sebgaian pesisir barat laut Afrika  ke Amerika Selatan dan Utara. Para imigran tersebut kemudian bergaul  dan sebagaian ada yang menikah dengan penduduk asli Amerika. Sumber lain mengatakan  kaum imigran muslim banyak juga yang mendirikan  pos pos perdagangan dan bahkan memeperkenalkan  sejumlah benda-benda seni  dan kerajinan. bukti –bukti tersebut didukung dengan  peninggalan benda benda bersejarah seperti artifak, Tulisan-tulisan dan laporan dari kisah kisah para saksi mata, namun masih meragukan sehingga teori semacam ini masih berupa dugaan-dugaan belaka.

Tahun 1492 memiliki arti  bersejarah bagi orang islam. tak hanya karena perjalanan Columbus, namun juga mendakan akhir dari kehadiran islam di semenanjung  Iberia ( Spanyol dan Portugal). Pada tahun 1474 dibawah kekuasaan Raja Fernando dan Ratu Issabela,  Spanyol berubah kembali menjadi sebuah negara  dengan mayoritas penduduknya penganut Katholik yang kuat dan maju. Dibawah pemerintahan Raja Fernando umat islam di Spanyol diberikan tiga pilihan  pahit  yakni menjadi Kristiani, Imigrasi, dan hukuman mati. Orang yang memilih pilihan pertama terus menjalankan pratek agama islam secara diam diam dan tetap mengadakan pertemuan rahasia umat islam selama berabad abad. Bagi mereka yang melakukan imigrasi, kebanyakan melakukan pelayaran menuju  kepulauan Karibia, dan bahkan berhasil mencapai sebagian selatan dari negara Amerika Serikat masa kini.

Migrasi ke Amerika yang dilakukan oleh para imigran Timur tengah terjadi dalam beberapa periode. Yang pertama tejadi antara tahun 1875 sampai tahun 1912, kebanyakan dari mereka berasal dari pedesaan  di Siria besar (Siria, Yordania, Palestina, dan Libanon) yang saat itu berada dibawah kekuasaan Ottoman. Mayoritas imigran dari Timur tengah adalah orang orang Kristiani yang cukup mengetahui Amerika dari pelajaran di sekolah-sekolah misionaris. Sebagian kecil lainnya terdiri atas orang orang muslim Sunni, Syiah, Alawi, dan Druze.

Gelombang kedua terjadi setelah kekaisan Ottoman runtuh pasca Perang Dunia 1. Kebanyakan orang orang muslim yang datang saat itu adalah para kerabat imigran yang terlebih dahulu datang ke Amerika gelombang kesatu. Amerika saat itu menerapkan system kouta bagi para imigran, sehingga jumlah imigran yang diperbolehkan masuk ke Amerika sedikit jumlahnya.

Periode ketiga yang terjadi pada tahun 1930-an, jumlah kouta hanya diperbolehkan bagi para kerabat imigran yang terlebih dahulu menetap di Amerika. Dampak dari sitem ini adalah tidak bertambahnya jumlah imigran hingga pasca perang Dunia 2.

Pada periode ke empat yang terjadi antara tahun 1947 -  1960, Kaum imigran yang datang ke Amerika jumlahnya mulai meningkat. System yang berlaku saat itu adalah pemberian kouta satu tahun bagi setiap negara. kebanyakan dari immigrant tersebut berasal dari Eropa, namun tak sedikit pula yang berasal dari Timur tengah, India,  Pakistan, Afrika,  Albania, Yugoslavia, dan Uni Soviet. Gelombang imigrasi yang berasal dari Timur tengah, Afrika, dan Asia semakin meningkat hal ini dikarenakan kekacuan politik yang terjadi diberberapa negara muslim. Kebanyakan dari para imigaran muslim yang datang ke Amerika umumnya tidak memiliki ketrampilan khusus dan keahlian berbahasa Inggris yang baik, hal ini menjadikan kebanyakan dari mereka menjadi pekerja kasar, pertambangan, serta usaha kecil kecilan.

Kehadiran orang orang muslim imigran lainnya terutama yang berasal dari Afrika tak serta merta dapat diterima oleh masayrakan asli pribumi. Mereka tidak diperbolehkan  masuk ke fasilitas fasilatas yang bertuliskan ‘’Whites Only’’.  Mucul anggapan yang menjadi biasa bahwa orang muslim Arab adalah orang-orang bermata hitam besar, berhidung besar, berkumis tebal, dan berpakaian aneh. Para kaum imigrant muslim yang merasa terpinggirkan akhirnya membentuk beberapa wadah organisasi untuk menaungi dan menegaskan identitas dari kelompok mereka. Kelompok kelompok organisasi islam tersebut tersebar dibeberapa kota mulai dari Ross, Midwest, Iowa, Michigan, New York, Chicago, California, dan Quincy.

Organisasi muslim pertama yang terdokumentasi paling awal terdapat di kota kecil Ross, di sana mereka melaksanakan kegiatan shalat berjamaah pada awal tahun 1990-an. Bangunan Masjid dibangun di tahun 1920,  namun sayangnya harus dihentikan karena banyak dari anggotanya yang berpindah memeluk agama Kristiani. Memang menjadi ironi ketika agama islam sudah mulai berkembang, banyak dari generasi mudanya yang tak bisa meneruskan tradisi orang tua mereka. Permasalahan ini membuat mereka terjerembab dengan budaya amerika yang liberal dan sekuler.

Pusat Islam  (Islamic Center) didirikan pada tahun 1914 di Michigan City, Indiana. Kebanyakan anggotanya adalah para imigran asal Syria dan Libanon yang bekerja di bidang  Perdagangan. kelompok ini berkembang cukup pesat, setiap tahunnya anggotanya terus bertambah, pucaknya terjadi di tahun1924, dimana hampir semua umat muslim di seluruh wilayah tersebut telah terdaftar sebagai anggota. Menaggapi bertambahnya jumlah anggotanya, para imigran tersebut kemudian menamai organisasi kelompok mereka dengan nama The Modern Age Arabian Islamic Society (Masyarakat Islam Arab Zaman Modern).

Di Cedar Rapids, Iowa, terdapat sebuah Masjid tertua di Amerika. Masjid yang sering disebut ‘’Ibu Masjid Amerika’’ ini selesai dibangun pada tahun1934. Dana pembangunan berasal dari iuran masyarakat muslim yang anggotanya terdiri atas pedagang keliling yang kemudian menjadi para penjaga toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari hari untuk para petani di wilayah tersebut. Masjid yang sekarang masih berfungsi ini, awalnya adalah sebuah balairung sewaan di tahun  1920. Secara berkala masjid ini terus mengalami renovasi dan perluasan hingga akhirnya sebuah menara ditambahkan untuk memeperindah masjid pada tahun 1980.

New York merupakan sebuah kota yang paling banyak ditempati imigran. Bermacam kelompok suku bangsa dan ras hidup berdampingan di sana. Penduduk muslim di sana umumnya bekerja sebagai pelaut, pedagang keliling, dan penjaga toko. American Mohammedan Society (Masyarakat Amerika Pengikut Muhamad) adalah sebuah organisasi islam yang dibentuk di New York pada tahun 1907. Pendiri organisasi ini berasal dari imigran muslim Polandia, Russia, dan Lithuania. Pada tahun 1950-an organisasi ini menyatakan telah memiliki sekitar empat ratus anggota. Namun, sayangnya organisasi yang pada tahun 1960-an beganti nama menjadi Moslem Mosque ini terus mengalami pasang surut meskipun masih tetap eksis hingga kini. 

Salah satu organisasi  Islam yang paling menonjol di New York adalah Islamic Mission Of America For The Propagation Of Islam And The Defense Of The Faith An The Faithfui (Misi Islam Amerika untuk penyebaran islam dan pertahanan keimanan orang orang beriman). Organisasi ini didirikan pada tahun 1930-an oleh seorang Imigran Maroko di dekat pemukiman muslim asal Timur Tengah.
New York menjadi tempat berkumpulnya imigran muslim hampir dari seluruh penjuru dunia. Organisai –organisasi islam menganggap kota ini merupakan tempat yang subur untuk mengembangkan kegiatan mereka. Meskipun terdapat banyak organisasi islam yang mencirikan suku bangsa tertentu, namun perbedaan tersebut mereka pergunakan untuk menekankan persatuan umat muslim. Salah satu kelompok yang meyatukan seluruh umat muslim tersebut bernama Islamic Cultural Center Of New York. Didalam oranisasi ini terdapat banyak orang islam yang berbeda suku, ras, dan bangsa  misalnya saja ada yang dari Asia, Eropa, Afrika, Muslim Amerika asli, muslim Sunni, dan juga muslim Syi’ah.   Islamic Cultural Center Of New York sendiri kini banyak melakukan berbagai upaya untuk menarik muslim imigran dan muslim Amerika keturunan Afrika  untuk bersatu.

Kota berikutnya yang menjadi rumah bagi para imigran  adalah Chicago. Banyak orang orang muslim yang tinggal di sana dengan latar belakang budaya, suku bangsa, ras, dan social ekonomi. Kelompok muslim terbesar India terdapat di sana. Di kota ini pula lah terdapat markas organisasi islam Afro Amerika yang dipimpin oleh Warith Denn Muhamad. Kehidupan Umat muslim Chicago umumnya sangat bergairah, terbuka, memiliki keuangan yang kuat, serta berpendidikan. Perlu diketahui juga bahwa umat muslim Chicago memainkan peran penting dalam pengembangan dan kemakmuran kota Chicago.

Berikutnya kita akan menengok kehidupan umat muslim di California. Pada tahun 1895 orang orang muslim dari anak benua India telah banyak yang berdatangan. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh tani dan pekerja kasar. Seperti halnya New York dan Chicago, California jga merupakan pusat bagi kaum imigran muslim dari penjuru dunia, terutama dari Timur tengah, Iran, Afghanistan, dan anak benua India. jumlah penduduk muslim di California secara signifikan mengalami peningkatan di tahun 1990-an. Perlu dicatat, dalam perkembangannya wilayah Los Angeles dan San Francisko ternyata telah banyak melahirkan pemimpin-pemimpin terkemuka bagi beberapa organisasi Islam di Amerika Serikat.

Di California juga  terdapat organisasi Islamic Center Of Southern. Organisasi ini memiliki staf berpendidikan tinggi yang dipimpin dua kakak beradik dari Mesir. Organisasi ini juga memiliki bangunan gedung lengkap dengan masjidnya, pusat media, sekolah, kantor penerbitan, dan sejumlah ruang rapat. Lebih dari seribu orang biasanya hadir mengikuti shalat jum’at di Masjid mereka. Pada tahun 1919 sebuah masjid sunni dibangun di dekat Highland Park, namun usianya singkat, hal ini dikarenakan Ford Motor Company sebagai investor  memindahkan Pabriknya ke Dearborn  pada akhir tahun1920-an. Pemindahan Pabrik ternyata  menguntungkan para pekerja imigran kulit hitam dari selatan. kehidupan masyarakat Muslim Syi’ah dan Sunni berhubungan sangat erat sekali. Hingga kini di Dearbornd telah terdapat lima masjid aktif dimana dua milik islam sunni dan tiga milik islam syi’ah.

Yang terakhir kita akan melihat kehidupan muslim  yang terdapat di wilayah Quincy. Quincy sendiri merupakan salah satu kota pelabuhan yang terdapat di Amerika. keadaan tersebut menjadikan banyaknya imigran yang bekerja pada industry galangan kapal. Pada tahun 1875 kebanyakan imigran muslim yang berada di sana berasal dari Libanon. Pada tahun 1934 kelompok-kelompok muslim dari Boston dan sekitarnya bersatu dengan orang-orang muslim di Quincy, mereka kemudian membentuk organisasi yang diberi nama Arab American Banner Society (Masyarakat Terpandang Amerika Keturunan Arab).

Arab American Society sendiri anggotanya  berasal dari Guru, Usahawan, Pedagang, dan pekerja kerah biru. Melalui dana iuran bersama, akhirnya mereka berhasil membangun sebuah masjid pada tahun 1963 dan sejak saat itu bangunan tersebut secara resmi dikenal sebagai Islamic Islamic Center Of New England. Baru baru ini dibawah pimpinan Imam Tal Eid anggotanya memindahkan markas mereka dari Quincy ke tempat yang lebih besar di Sharon, Massachutts.

Geliat Komunitas Muslim Amerika keturunan Afrika (Afro Amerika)
Manusia kulit hitam Amerika, ketika kita mendengar kata kata itu maka yang telintas dalam benak kita adalah segerombolan para budak yang di datangkan dari Benua Afrika. Jika para imigran lain menyebut Amerika adalah ‘’tanah harapan’’, maka kata kata itu tidak bisa disematkan bagi imigran kulit hitam dari Afrika. Bagi mereka Amerika adalah sebuah tanah perbudakan yang amat menyeramkan. Kebanyakan dari imigran kulit hitam tersebut adalah orang-orang muslim yang dibawa dalam perdagangan budak di masa colonial dan pasca colonial. Para laki-laki dan perempuan yang terjerat dalam perbudakan ini umumnya datang dari berbagai wilayah di Sub-Sahara Afrika mulai dari Senegal hingga Nigeria.

Malangnya, para budak yang mayoritas beragama islam ini sangat sulit sekali menjalankan ritual ibadah mereka. sebagaimana halnya orang orang muslim yang ingin tetap tinggal di Sepanyol pada masa raja Ferdinand, nasib budak muslim di Amerika oleh majikannya terus dipaksa untuk memeluk agama kristiani. Sejarah mencatat banyak dari budak tersebut akhirnya berpindah memeluk agama kristiani, namun bagi mereka yang masih teguh imannya stidaknya masih tetap memepertahankan keislaman mereka hingga awal abad ke 20.

Seperti halnya imigran muslim dari Eropa, Timur tengah, dan Asia, Kedatangan para imigran kulit hitam ke Amerika sangat tidak disukai oleh warga kulit putih Amerika. Tidak sedikit pula terdapat imigran Afrika yang datang dalam keadaan merdeka. Bagi masyarakat pribumi, kedatangan kulit hitam yang merdeka sangatlah mengancam perekonomian kulit putih. Maka tak mengherankan sering terjadi peristiwa pembunuhan terhadap warga kulit hitam yang tinggal di selatan. Para korban pembuhan terebut umumnya dibunuh secara sadis dengan dibakar dan digantung. Kejadian ini memunculkan beberapa gerakan organisasi kulit hitam yang dibentuk dengan tujuan membantu kulit hitam untuk menemukan identitas mereka. Diantara organisasi yang diketahui adalah Universal Negro Improvement Association  (UNIA) dan National Of Islam (NOI).

Universal Negro Improvement Association  (UNIA)  sendiri didirikan oleh Marcus Garvey yang akhirnya bergabung dengan Noble Drew Ali. Ali pun mengubah nama organisasi tersebut menjadi Moorish National and Divine Movement (Gerakan Agama dan Bangsa Moor) yang belakangan berganti lagi menjadi Moorish Science Temple Of America (Kuil Pengetahuan Bangsa Moor Amerika) dan bermarkas di New Jersey. Kata Moor sendiri menandakan bahwa sesungguhnya nenek moyang bangsa Afrika adalah bangsa Asiatik atau Moor, ungkap Ali. Lima prinsip yang diberikan Ali adalah Kasih sayang, Kebenaran, Perdamaian, Kebebasan, dan Keadilan. Naskah suci yang dituliskan Ali untuk orang orang Amerika keturunan Moor diberi judul The Holy Koran Of Moorish Science Temple Of America. Namun, sayangnya Naskah tersebut melenceng jauh dari Alqur’an kitab suci umat Islam yang sesungguhnya.

Ali meyakini bahwa dirinya adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah untuk orang-orang Moor Amerika, seperti halnya Muhamad yang diutus di Mekkah pada masanya. Pesan utama ajarannya  adalah bahwa keselamatan hanya bisa dicapai manakala kaum kulit hitam menanggalkan berbagai identitas yang dipaksakan terhadap diri mereka oleh kaum kulit putih di Amerika, seperti Negro atau kulit berwarna, dan memahami bahwa asal usul sejati mereka adalah Asiatik. Pesan Ali ini mampu menarik perhatian  kaum kulit hitam berpendidikan rendah yang menderita akibat perekonomian, merasa sedih mengenai nasib mereka ditengah masyarakat Amerika, dan sangat menginginkan adanya identitas yang melepaskan mereka dari penjajahan kulit putih. Pada tahun 1913, untuk pertama kalinya kelompok ini akhirnya berhasil mendirikan Kuil Moor pertama di Newark.

Pada tahun 1916 anggota Moorish Science Tample terpecah menjadi dua kelompok. Yang satu tetap berada di New Jersey berganti nama menjadi Holy  Moabite Temple dan yang satunya lagi pindah ke Chicago bersama pemimpinya, Ali. Konvensi Nasional Moor pertama berhasil dilangsungkan pada tahun 1928. Kehadiran organisasi yang dikomandoi oleh Ali ini telah mampu mengubah prinsip orang Moor itu sendiri, mereka merasa terangkat harga dirinya sebagai manusia. Perekonomian orang-orang Moor mulai berkembang, banyak diantara angota-angggotanya mendirikan toko-toko, restoran, dan usaha kecil lainnya. ‘’Kita tak akan terjamin dalam hal apapun kecuali jika kita memiliki kekuatan ekonomi’’, Ujar Ali.

Pada tahun 1929 Ali ditangkap dan dipenjarakan. tak lama setelah dibebaskankan ia meninggal dunia secara misterius. Sepeninggal Ali, banyak calon  yang muncul memperebutkan posisinya, namun sayangnya tak ada satu orang pun yang memiliki jiwa kepemimpinan seperti Ali. Moorish Science Tample, kini menjadi sebuah organisasi kecil yang terbuka bagi siapapun yang menganggap dirinya Asiatik, meskipun para anggota pada dasarnya adalah warga Amerika keturunan Afrika. Saat ini kantor pusat organisasi terletak di Chicago. Pemimpin mereka disebut Syek atau Syekhes agung, sementara anggotanya memakai nama El atau Bey dibelakang nama asli mereka. Pendidikan bagi anak-anak mendapat perioritas yang sangat tinggi. Ciri khas dari para anngotanya ialah menggunakan Fez (Peci tradisonal Turki) bagi laki-laki, sedangkan perempuannya memakai Surban dan baju panjang. Moorish Science Temple sangat menganjurkan agar para anggotanya menjauhi kafein, alcohol, dan narkoba. Atas prestasinya menggalakan kemajuan sosial, ekonomi, dan moral warga Amerika keturunam Afrika, mereka pun mendapatkan apresiasi yang besar dari masyarakat Amerika khususnya keturunan Afrika.

Dekade awal abad ke -20 bagi kaum kulit hitam Amerika merupakan masa perpindahan sosial, kekurangan ekonomi, dan keingin akan adanya semacam identitas nasional. Setelah Marcus Garvey dikirim ke pengasingan pada tahun 1927 dan Ali wafat ditahun 1927, gerakannya bisa dibilang mati, meskipun  Moorish American Tample terus berlanjut, namun pamornya telah meredup. Tongkat estafet  perjuangan kaum kulit putih akhirnya diteruskan oleh pria hitam kecil dari Detroit. Pria tersebut bernama Wallace D. Fard, yang nantinya akan memprakarsai berdirinya organisasi Nation Of Islam (NOI).

Berbeda dengan Noble Drew Ali, Wallace D. Fard menyebut warga kulit hitam Amerika adalah bangsa Shabbaz, bangsa yang diyakininya tersesat dan kini telah ditemukan kembali untuk dibawa ke jalan yang benar. Fard petama kali muncul di Detroit pada tanggal 4 Juli 1930. Diantara pengikut Fard yang paling menonjol adalah Elijah Poole. Elijah Poole sang murid meyakini bahwa Fard adalah Mahdi yang dijanjikan, yakni orang terbimbing yang kedatangannya diharapkan memulai periode terakhir sebelum hari kebangkitan dan penghakiman. Fard sendiri merupakan penggagas berdirinya Nation Of Islam (NOI), sebuah organisasi Islam kulit hitam yang paling berpengaruh di Amerika hingga saat ini.

Chief Minister adalah sebutan bagi pemimpin NOI. Jabatan Fard sebagai Minister hanya berlangsung selama tiga tahun. Dibawah kepemimpinanya, NOI berhasil mengembangkan bidang pendidikan bagi laki-lai, perempuan, dan anak-anak. Ia juga berhasil membentuk sebuah pasukan keamanan yang diberi nama Fruit Of Islam. Namun, dibawah kepemimpinanya pula kerap terjadi beberapa insiden serius yang merugikan Amerika. Fard dituduh menimbulkan kekerasan dengan ajaranya yang rasis sehingga ia beberapa kali ditahan. Pada tahun 1933, diakhir kepemimpinannya Fard diusir dari Detroit, dan sejak 1934  ia menghilang secara misterius.

Setelah menghilangnya Fard, Elijah poole menggantikan posisi Fard sebagai Minister NOI. Elijah adalah seorang pemimpin yang keras dan tegas. orang-orang yang hendak bergabung dengan NOI haruslah memasukan surat permohonan kepada Minister dan jika ia diterima maka harus membuang nama budaknya dengan menambahkan huruf  X dibelakang nama mereka. Banyak ajaran NOI yang dikembangkan oleh Elijah tidak bersesuaian dengan tradisi islam. Elijah meyakini bahwa dirinya adalah seorang nabi bagi kaum Shabaz di Amerika. NOI memandang  kitab suci Al-Qur’an mengajarkan bahwa setiap bangsa pasti memeperoleh nabi, begitupun bangsa Shabaz.

Ajaran NOI menjelaskan bahwa kaum kulit hitam merupakan bangsa pilihan tuhan sedangkan kaum kulit  putih adalah keturunan setan,  Maka dari itu NOI mengajak para kaum kulit hitam yang disebutnya bangsa Shabaz untuk bangkit dari keadaan yang terpuruk akibat perbudakan yang dilakukan kaum kulit putih. Bendera NOI sendiri menyimbolkan kota Mekkah. Mereka mengklaim bahwa mereka bukan lah termasuk bagian dari Amerika Serikat, namun mereka menampilkan identitas kulit hitam di dalam Amerika Serikat. Kehancuran bangsa kulit putih Amerika sudah ada di depan mata, begitulah keyakinan NOI. Jadi, pada prinsipnya NOI  bukan lah sebuah kelompok organisasi yang ingin memerdekakan diri sebagai bangsa kulit hitam melainkan mereka hanya ingin kaum kulit hitam terangkat drajatanya agar tidak hina.

Elijah sang pemimpin, menekankan kepada seluruh anggotanya agar mereka mementingkan nasib kaum kulit hitam. Kerja keras dan profesionalisme sangat digalakan agar perekonomian kaum kulit hitam terangkat. Elijah yang hanya tamat sekolah dibangku kelas empat SD begitu mendukung akan pentingnya pendidikan bagi kaum kulit hitam, oleh karena itu pendirian sekolah –sekolah muslim pun mulai ditatanya. Pada tahun 1930-an, University Of Islam, yakni sekolah-sekolah berjenjang yang berada dibawah naungan NOI, mulai menjalin hubungan dengan kuil-kuil muslim untuk mendidik anak-anak hingga jenjang sekolah menegah atas.

Diantara banyaknya anggota NOI, Malcom X merupakan orang kepercayaan Elijah yang dipercaya menjadi kaki tanganya. Malcom X pertama kali mengetahui ajaran NOI melalui saudara laki-lakinya, Reginald. Pada tahun 1947 saat berusia  dua puluh dua tahun,  ia resmi menjadi anggota NOI. Malcom segera menjadi corong propaganda NOI di Amerika. Dia mengirim surat ke Presiden Henry Truman, mengatakan siap mendirikan negara komunis berasaskan Islam. Dia pun aktif membela anggota NOI yang dipukuli polisi Kota New York pada tahun 1957. Biro Penyidik Federal (FBI) langsung memantau karena Malcolm X sangat karismatik. Sekali bicara, ribuan warga kulit hitam, muslim dan non-muslim berkerumun dan mendengarkan takzim.

pidatonya yang keras membuat Presiden John F. Kennedy yang baru terpilih sampai melobi dia agar masuk Kongres, supaya pergerakannya di NOI tidak menciptakan makar. Malcolm X menjadi politikus internasional. Dia berkawan akrab dengan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dan Pemimpin Kuba Fidel Castro. Pada 1964, dia berangkat haji. Di sana, Malcolm mendalami Islam aliran Sunni sekaligus mengganti namanya menjadi Al Hajj Malik El-Shabazz. Dia mengaku selama di NOI cara beragamanya ternyata keliru. Dia mengira Islam hanya alat untuk kemerdekaan kulit hitam.

Ketenarannya ternyata berbuntut panjang. Elijah sebagai pemimpin NOI merasa tersaingi. Gesekan keduanya kerap terjadi. Malcolm X akhirnya memutuskan keluar dari NOI dengan alasan organisasi radikal ini lebih mementingkan persoalan ras daripada syiar agama Islam. Dia pun akhirnya bersedia bekerjasama dengan pegiat persamaan kulit hitam moderat, seperti Pendeta Martin Luther King Jr. Nasib Malcolm berakhir tragis. Ketika berceramah di Aula Adubon, New York, dua pria mendadak memberondong dia. Dia tewas dengan 21 luka tembakan. Konon, mereka adalah suruhan NOI yang merasa Malcolm membelot dari perjuangan organisasi.

Sepeninggal Elijah poole di tahun 1975, Wallace Muhamad (Warrith Deen Muhamad) putera dari Elijah secara resmi didaulat menjadi Chief Minister NOI di Chicago. Sebagai putera Elijah ia tidak sefaham dengan pemikiran ayahnya, karena itu ia secara kritis mengevaluasi ajaran ayahnya yang tidak sejalan dengan ajaran islam pada umumnya. Naiknya Wallace sebagi pemimpin ternyata mengakibatkan perubahan penting di dalam gerakan NOI. Hal ini lah yang kemudian tidak disetujui oleh pemimpin NOI yang  berikutnya yakni Louis Farakhan.

Wallace secara resmi menolak doktrin superioritas kaum kulit hitam, menurutnya semua ras yang ada dimuka bumi ini adalah sama drajatnya. Sebagai Minister ia banyak melakukan perubahan keorganisasian salah satunya adalah penghapusan pasukan keamanan Islam (Fruit Of Islam). Wallace menyebut anggotanya sebagi kaum Bilal. Kaum Bilal terus menjadi penyebutan bagi muslim Ameriaka kulit hitam.

Sebagai seorang pemimpin, Wallace merupakan seorang yang memilki visi yang amat mempengaruhi kulit hitam Amerika. Menurut Wallace, semula ia memandang para anggota NOI terlebih dahulu agar mereka memiliki identitas kelompok sendiri, oleh karena itulah Wallace merubah NOI menjadi ‘’The World Community Of Islam In The West’’ (Masyarakat Islam Dunia Barat) disingkat WCIW.
Perubahan-perubahan eksternal lainnya diantaranya ialah merubah nama kuil menjadi Masjid, memasukan symbol-simbol Arab, diaktifkannya sholat berjama’ah, persamaan hak antara laki-laki dan peempuan, dan melonggarkan tata cara berpakaian yang kaku. Pada tahun 1980, Wallace resmi mengganti namanya menjadi Warith Deen Mohamad, Ia pun merubah WCIW menjadi American Moslem Mission. Kali ini Warith tidak lagi mencirikan ras tertentu pada pengikutnya. Pada tahun 1985 dalam ceramahnya Warith mengatakan, ‘’Kita adalah orang muslim, anggota dari tubuh Sunni di seluruh dunia’’. Warith telah merubah pandangan kaum kulit hitam agar mereka benar benar melaksanakan syari’at islam yang sebenarnya.  pelajaranyang bisa kita ambil dari Warith adalah bahwa dia menganggap bahwa semu drajat manusia dimuka bumi ini adalah sama dan tidak satu pun ras yang paling unggul.

Lousi Farakhan salah satu pengikut setia Elijah dan juga petinggi NOI menyatakan pengunduran dirinya dari oragnisasi yang dipimpin oleh Warith pada tahun 1978. Ia merasa bahwa warith telah merusak serta mengabaikan cita cita Elijah, pemimpin NOI terdahulu. Farakhan akhirnya kembali membentuk dan menghidupkan NOI yang baru, namun tetap tidak menghilangkan visi dab misi NOI era Fard dan Elijah. ia kembali menegaskan ideologi supermasi kuli hitam dan kehancuran kulit putih yang sempat dihilangkan Warith.

Meskipun masih berstatus oraganisasi kecil, NOI pimpinan Farakhan terus mendapat perhatian masyarakat Amerika . pidatonya yang lugas, Kontoversial serta berani, menjadikan farakhan sebagai sasaran empuk dunia jurnalistik. Di tahun 1984, ketika pemilu presiden Amerika  serikat, dalam menyampaikan dukungannya terhadap calon presedin Jesse Jacksaon ia mengatakan bahwa agama Yahudi merupakan agama selokan dan Hitler adalah orang hebat. Pada tahun 1997 melalui NOI, Farakhan berhasil mengguncang Amerika serikat, dimana ia berhasil menyatukan seluruh warga Amerika keturunan Afrika dengan megadakan ‘’Milion Man March’’ di Washington D. C.

Untuk menyokong dana keuangan NOI, Farakhan banyak mendapat bantuan dari pemimpin Libya  Moamar Kadafi serta beberapa pemimpin Arab lainnya. NOI dibawah Farakhan meskipun kontoversial, tak diragukan lagi telah memeberikan pelayan masyarakat dan sosial yang penting. Melalui NOI pula setiap tahunnya banyak masyarakat Amerika yang berbondong bondong masuk islam (versinya NOI). Hingga sekarang NOI merupakan sebuah organisasi islam yang paling berpengaruh di Amerika, hingga Pergerakan Farakhan dan anggotanya pun selalu dipantau FBI