Kamis, 30 Juni 2016

TULISAN FAVORIT SAYA

di tulis oleh Mas Rahmat. HM
seorang senior saya di Ciputat

TEMUKAN DIA DAN JANGAN LEPASKAN
oleh Rahmat HM

Tuhan terkadang (mungkin sering) memberikan sebuah persoalan yang tidak kita pahami, kita ingin sekali memahaminya tapi tidak juga paham….

entah, karena persoalannya yang terlalu sulit dipahami atau kitanya yang memang terlalu bodoh untuk bisa memahami….

kemudian kita ingin lari dari persoalan tersebut, tapi seperti bayangan, persoalan itu terus saja mengganggu pikiran kita…

kita pun kemudian marah, menangis, pasrah…
…. dan akhirnya berkata, “Tuhan, tolonglah aku”

dan saat itulah kita baru memahami bahwa setiap persoalan adalah sebuah cambuk, sebuah jalan, sebuah petunjuk agar kita kembali kepada-Nya…

kembali kepada jalan-Nya….

saat dirimu sudah menemukan jalan-Nya, maka jangan sekali-kali belok apalagi berbalik arah…!
jalanlah terus, jalan yang lurus, temukan Dia dan jangan lagi lepaskan..!

Senin, 27 Juni 2016

AKU DAN ISLAM



AKU DAN ISLAM (SEBUAH CATATAN  PERJALANAN SEPEREMPAT ABAD KEHIDUPAN)

Islam merupakan agama terindah di muka bumi. Keberadaannya bak cakrawala yang memberikan kedamaian bagi manusia. Allah adalah tuhan dalam islam. Allah maha besar, keagungannya tidak ada yang bisa menandingi. Dia lah satu satunya tuhan yang wajib kita sembah. Nabi Muhamad Salallahu Alaihi Wassalam sebagai manusia yang paling mulia. Berkat sang nabi, Islam mampu tersiar ke seluruh penjuru bumi. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau. Semoga aku termasuk umatnya yang mendapat syafaat di hari kiamat kelak. Amiin Allahuma Amiin.

Aku seorang pemuda Muslim berusia dua puluh lima tahun. Seperempat abad perjalanan hidupku tak pernah terpisahkan dengan Islam. Banyak pelajaran yang aku petik dari orang-orang Islam yang ada diselilingku. Aku tak pernah membedakan apa itu islam tradisonal, Islam Salafi Ikhwanul Muslimin, Islam Salafi Hizbut – Tahrir, Islam Liberal ataupun Islam moderat. Bagiku menjalankan perintah agama dengan penuh keikhlasan kepada Allah itulah islam. Aku hanya ingin belajar dan terus belajar.
   
Hubunganku dengan Islam telah terjalin sedari kecil. Kedua orang tuaku lah yang memperkenalkan Islam kepadaku. Bapak selalu mengajak aku ke Langgar di samping rumah pak Haji. Di sana kami sembahyang, menyembah Allah kemudian berdo’a. Aku berdiri dibelakang mengikuti gerakan orang-orang tua di depan. Selalu saja, sarung yang aku pakaipun melorot karena kebesaran. Entah kemana sarung itu sekarang. Setelah aku besar dan memiliki banyak sarung, benda itu tak pernah aku lihatnya lagi.

Aku tumbuh di lingkungan yang begitu kental akan tradisi. Di tempatku tinggal, Islam dan tradisi begitu indah berkolaborasi.  Hati ini begitu senang saat bapak pulang membawa nasi berkat sehabis tahlilan di rumah tetangga. emak dan aku makan bareng nasi berkat itu. Di lain waktu, aku pernah ikut bapak hadir dalam acara selamatan juga di rumah tetangga. Banyak orang berkumpul di sana, dipimpin seorang ustad yang berpec i dan bersorban, mereka duduk dengan rapi melantunkan ayat ayat suci Al qur’an, dzikir , dan berdo’a. sungguh  indah suasana seperti  ini. Kebersamaan, kekeluargaan, dan persaudaraan begitu harmoni.

Ketika bulan maulud tiba, aku dan teman temanku berkeliling kampong sambil pawai obor. Shalawat kepada Nabi Muhamad SAW  bergema diiringi dengan tabuh rebana. Langgar dan Masjid begitu semarak menyambut hari kelahiran sang nabi. Tak apalah ceramah pak kiai pun sampai larut malam, karena setelah itu kami akan makan nasi kebuli. Dari sinilah aku menjadi semakin cinta kepada nabi, dialah teladan yang wajib kita ikuti.

Madrasah dan Pesantren adalah tempatku belajar dan terus belajar bercengkrama dengan Islam. Hubunganku dengan Madrasah dan Pesantren begitu erat hingga aku tamat dari Madrasah Aliyah. Dari tempat ini, Pak Kiai, Bu Nyai, Pak ustadz dan Bu ustadzah selalu mengajarkan kami berbagai macam ilmu keislaman. sebut saja ada ilmu Fiqih, Tauhid, Ahlak, Tilawatil Qur’an, Hadits, dan Tarikhul Islam atau Sejarah Peradaban Islam. Aku pun dapat mengetahui apa itu Thaharah serta sifat wajib Allah yang 25. aku juga dapat mengenal siapa Khulafa-ur Rasyidin, Muawiyah bin Abu Sufyan, Umar bin Abdul Aziz, Lukmanul Hakim, Imam Syafi’I, Wildan Khawarizmi, Imam Bukhari, Imam Ghazali, Ibnu Sina, Syeikh Nawawi Al Bantani, Salahudin Al-Ayubi,  Syeikh Marzuki, Ibnu Athailah dan masih banyak tokoh lain yang begitu tersohor dalam pelbabagai bidang keilmuan Islam. Indah sekali hidup ini jikalau dipenuhi dengan khazanah ilmu keislaman
.
Aku, anak pedagang sayur ini kemudian kuliah di salah satu Universitas Islam terkemuka di Jakarta, sebut saja kampus itu bernama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Keren, itulah kata yang pertama kali aku ucap ketika kuliah di kampus ini. banyak dosen berkualitas di tempat ini. Jika diposisikan menggunakan kategori  ormas, Mahasiswa dan dosen di UIN berasal dari kalangan NU, Muhamadiyah, Persis, Salafi Ikhwanul Muslimin (PKS), Salafi Hizbut Tahrir hingga Jaringan Islam Liberal (JIL). Wow, nampaknya aku sungguh beruntung, karena di tempat ini aku mulai bergaul dengan mereka yang beragam itu.

Sahabat sekelasku ada yang menjadi jama’ah dari sebuah Majelis Ta’lim pimpinan Habib. Seminggu sekali aku selalu mengikuti Ta’lim yang dipimpin oleh seorang Habib. Ta’lim ini dikuti oleh banyak jama’ah yang datang dari segala penjuru JABODETABEK. banyak orang bilang Habib itu keturunan nabi Muhamad. Dan aku percaya itu. Kenapa aku percaya, ? pertanyaan ini tak perlu dijawab di sini.

Di majelis ta’lim tersebut, tak sekalipun aku diajarkan tentang kebencian terhadap sesama manusia hingga membid’ahkan amalan sebuah golongan. Hanya orang yang berpikiran dangkal yang mudah membid’ahkan dan mengkafirkan orang. Melalui kitab Nashoihuddinniyah karangan Al Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad, aku malah diajarkan bagaimana tata cara beragama yang apik, aku diarahkan menjadi muslim yang selalu bisa menyeimbangkan antara Hablum minallah dan hablum minannas. Dari sini aku benar benar merasakan bahwa  Islam agama Rahmatan lil Alamin yang menyejukan.

Ketika aku aktif sebagai anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat, aku berkenalan dengan Bang Dedik Priyanto. Dia merupakan seorang penulis jempolan. Aku banyak mendapatkan ilmu menulis darinya. Menjadikan bang Dedik sebagai mentor,kali ini aku belajar Islam dari orang yang beraliran kekirian. Bukan tata cara ibadah, bukan tata cara membaca Qur’an, bukan  juga menghafal hadits yang aku pelajari darinya. Peduli terhadap wong cilik, ya, itulah pelajaran yang aku dapatkan saat berkawan karib dengan bang Dedik. Menurutnya, Petani, buruh hingga pedagang adalah orang-orang kecil yang harusnya kita perhatikan, jangan sampai kapitalisme selalu menjadikan mereka masuk dalam lubang kemiskinan yang menyakitkan.

Dialin sisi, bang Dedik amat mengagumi Gusdur. ajaran Pluralisme ala Gusdur benar benar melekat pada dirinya. menurut si abang, ‘’pluralisme yang diusung Gusdur tidaklah mengajarkan bahwa semua agama itu sama. Pluralisme yang diusung Gusdur adalah pluralisme sosial. Pluralisme model ini mengajarkan kita tentang kemanusiaan, persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong. perlu hati yang jauh dari kedengkian agar bisa menafsirkan pemikiran Gusdur,’’ tambah si abang.

Sementara itu, di negeri ini (INDONESIA) masih banyak saudara kita yang membutuhkan bantuan dan rasa aman, meskipun mereka berbeda agama dengan kita. Ketika hidup di Madinah, Nabi Muhamad SAW selalu memberikan rasa aman dan perlindungan kepada mereka yang minoritas. Para Khalifah Dinasti Umayah di Syam dan Andalusia, Dinasti Abbasyiah di Baghdad, serta Dinasti Ottoman di Istanbul pun melakukan hal yang sama.

Menarik, apa yang aku dapatkan dari bang dedik merupakan modal berharga untuk mengarungi hidup sebagai mahluk sosial. Dalam hidup dan berbuat baik tentu kita tak boleh pilah pilih, toh semua manusia adalah sama, yakni ciptaannya sang Khalik Allah Azza wajjala.

Beralih dari bang Dedik, Sahabat kuliahku yang lain adalah seorang Muhamadiyah.  Sebut saja namanya Endi Aulia Garadian. Aku begitu dekat dengannya. Endi, begitu biasa disapa, adalah mahasiswa yang jempolan. Karya-karya ilmiahnya begitu menarik. Tak heran, jikalau kini dia menjadi peniliti muda di PPIM UIN Jakarta. semasa kuliah, Sahabatku yang satu ini selalu membantuku dan teman-teman yang lain dikala mendapat kesusahan dalam hal tugas kuliah. Kecerdikan Endi dalam menulis Paper ilmiah membuat aku harus belajar banyak darinya.

Ikhlas tatkala membantu, Secuilpun tak ada pamrih. Jiwa Muhamadiyah yang terkenal amat peduli terhadap kondisi sosial disekelilingnya begitu kental didalam diri seorang Endi Aulia Garadian. Ketika bersamanya akupun kerap melihatnya begitu ringan tangan tatkala memberikan uang kepada pengamen ataupun pengemis. Endi amat pandai membuat orang disekeliingnya menjadi senang.  dalam sejarah, tentu kita tahu bagaimana perjuangan pendiri Muhamadiyah,  K.H. Ahmad Dahlan (Muhamad Darwis). Beliau dengan gigih berdakwah secara keren melalui jalan sosial. Muhamadiyah adalah organisasi Islam di Indonesia yang paling banyak mendirikan Lembaga Pendidikan dan Rumah Sakit. Jiwa ikhlas beramal yang diajarkan organisasi ini patut kita praktekan sebagai hamba Allah yang mukhlisin.

Lain Muhamadiyah lain pula Syiah. Belakangan ini banyak orang menyuarakan Syiah adalah bukan islam. Di sana-sini aliran teologi ini selalu dipojokan. Aku amat setuju jika syiah adalah SESAT, namun aku tidak setuju jika syiah yang mempunyai banyak aliran ini dikatakan bukan Islam. Buktinya, pemerintah Arab Saudi selaku perwakilan dari Suni tak pernah melarang warga Iran yang notabene syiah untuk berhaji  setiap tahunnya. Bukankah hanya orang Islam yang diperbolehkan masuk tanah Haramain. ? Achmad Syehabudin, salah seorang sahabatku yang meniliti tentang Syiah menjelaskan, kita harus mempelajari syiah dahulu agar jangan sampai kita membenci mereka teramat berlebihan.

Syehabudin menambahkan, Iran dengan ras Persianya adalah Negara dengan penduduk syiah terbesar di dunia. Kalau kita up to date, Kini, Iran menjelama menjadi sebuah Negara yang maju dan kuat secara ilmu  pengetahuan dan militer. Sedari dahulu, Ras Persia merupakan sebuah ras yang terkenal maju akan peradaban dan ilmu pengetahuannya. Semasa Dinasti Abbasyiah berkuasa, banyak khalifah dari dinasti ini memperkejakan orang-orang Persia untuk menerjemahkan buku-buku pengetahuan dari bahasa Persia dan Yunani kedalam bahasa Arab. Dari sinilah kita akan mengenal ilmuan-ilmuan muslim yang terkenal seperti Ibnu Sina, Al Khawirizmi, Umar Khayam, Ar-Razi, Abu Musa Jabir bin Hayyan, Al Kindi, hingga Imam Ghazali.

Sementara itu semasa Dinasti Syafawi berkuasa, Banyak bangunan-bangunan indah nan eksotis bertebaran di bumi Iran. Akulturasi Islam dengan budaya setempat begitu padu. Di era modern ini, kita dapat menyaksikan bentuk bangunan Masjid dengan arsitektur yang ciamik dibelahan bumi manapun. Ini menjadi bukti  bahwa Islam yang muncul di Tanah Arab mampu menyatu dengan budaya baru  di tempat yang baru di manapun Islam berkembang. Jika Romawi mempunyai andil Kubah untuk Masjid, maka Persia mempunyai menara dan Iwan yang memper-elok Masjid. Oleh karena itu, kita tak sepatutnya amat berlebihan membenci Syiah. Dengan mengesampingkan ego, Jika dipelajari lebih dalam ternyata ada nilai positif yang bisa kita ambil dari mereka. Satu hal terpenting, yang perlu ditingkatkan adalah keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dan rasulnya. Itulah benteng kita terhadap ajaran yang sesat.

Waktu terus berjalan, dan kini aka adalah seorang tenaga pengajar di salah satu Sekolah Dasar Islam Terpadu di Jakarta. sebut saja nama sekolah itu adalah SDIT Qatrunnada. Di tempat ini murid-muridku memanggilku Ustad. Dalam hati aku hanya bisa tersenyum dan berguman ‘’apa benar orang seperti aku ini pantas disebut Ustad, hehe.’’ya, Qatrunnada merupakan Sekolah dengan Background Salafi Ikhwanul Muslimin (PKS) didalamnya. Umumnya semua guru di lembaga pendidikan yang bernaung dibawah PKS dipanggil dengan sebutan Ustad/Ustadzah. Secara pemikiran mengenai Islam aku memang berbeda pandangan dengan petinggi dan para guru di sana, tapi ini tak menjadi masalah, karena tujuanku hanya ingin mengabdi kepada Allah dan rasulnya serta ingin belajar dan memperluas jaringan sosial.

Satu hal yang saya suka dari Qatrunnada adalah jiwa semangat yang amat menggebu dari para petinggi Sekolah untuk menciptkan generasi penerus bangsa yang cinta dan hafal Al-Qur’an. Bukan hanya itu, mereka ingin ruh Qu’an ini menyatu  dalam setiap sendi praktek kehidupan guru dan siswanya. ini adalah program yang sangat mulia, di era globalisasi saat ini, anak-anak perlu di bentengi dengan Qur’an agar tidak terjerumus kedalam pergaulan yang membawanya tekena penyakit Wahn (cinta Dunia berlebihan dan takut mati). 

Namun demikian, belajar Al- Qur’an saja tidak cukup  sebab ilmu Qur’an itu sangat luas dan perlu digali dan dimbangi dengan ilmu ilmu yang lain. jika tida akan fatal hukumnya. Kita akan merasa paling benar dan dengan mudah menyalahkan serta mengkafirkan orang.

Pada akhirnya, aku tak tahu sampai kapan aku akan bertahan di SDIT Qatrunnada. Satu tahun mengajar, aku memiliki hutang di sana. Hutang untuk mengamalkan ilmu yang ku punya guna mencerdaskan anak bangsa. Aku ingin siswa-siswi Qatrunnada mengetahui sejarah kebesaran bangsanya dan juga sejarah Islam. Jika sudah demikian, maka akan tecipta jiwa manusia Islami dengan spirit nasionalisme yang bergelora. Semoga Allah Swt memudahkan segala langkahku dan memberikan keberkahan dalam hidupku. Aamiin.

Condet, Jakarta, 26 Juni 2016 M/22 Ramadhan 1437 H.   
Ahmad Khoerul Mizan

Jumat, 04 September 2015

KISAH GALIH DAN RATNA DALAM GITA CINTA DARI SMA


Saya bukanlah manusia generasi  jadul  70an ataupun 80an. namun harus saya akui, saya suka segala hal yang berbau jadul termasuk filmnya.

bagi saya Film generasi  70an ataupun 80an cukup menarik sebagai daya ingatan akan romansa kehidupan dimasa itu. Saya ingin bercerita sedikit tentang sebuah Film jadul dari Rano Karno dan yenny Gusman yang  bergenere Cinta di tahun 1979. Judul Filmnya ialah Gita Cinta dari SMA.
Film ini berkisah dua  sejoli SMA yang saling jatuh cinta tapi berakhir tidak bahagia.

Kisah ini diawali dari Galih Rakasiwih seorang remaja Sunda kelas 2 SMA yang jatuh hati pada gadis Jawa bernama  Ratna Suminar Sastrowardoyo. Ratna merupakan murid baru pindahan dari Indramayu yang cantik dan ramah. Seluruh lelaki di kelas begitu takjub akan kecantikan Ratna.

Galih tak pernah punya keberanian untuk menyatakan cinta kepada Ratna, ungkapan perasaan cintanya hanya ia utarakan melalui sebuah sajak indah yang ia tulis pada buku catatan pelajaran bahasa Indonesia.

Sajak itu tak sengaja dibaca Ratna tatkala ia meminjam buku tersebut dari Galih untuk menyalin catatan pelajaran.

Inilah kutipan sajak cinta Galih untuk Ratna

Kepada R....
Sekuntum senyum mengembang dalam aliran rasa
Rahasia apa yang diam dalam debaran
Saat kau seperti kijang mas meloncat – loncat dihadapanku
Ku simpan wujudmu dari sepi ke sepi
Ku toreh hatimu dengan pisau naluri
Diam-mu sendu, hangatmu rindu

Sejak membaca sajak itu, makin hari Ratna  makin menaruh hati pada Galih. Terlebih sifat galih yang ia nilai sederhana dan gak neko neko.

Tiba saatnya Galih dan Ratna pun menjalin cinta, namun hubungan mereka tak direstui oleh Pak Anton, ayahnya Ratna. Pak Anton  yang seorang Jawa tulen asli Yogyakarta memegang prinsip bahwa lelaki sunda tak pantas menjalin cinta dengan gadis Jawa.

Selesai Ujian Sekolah, Hubungan cinta Galih dan Ratna berakhir tragis. Pak Anton mengirim Ratna ke Yogyakarta dan menjodohkannya dengan seorang mahasiswa Fakultas kedokternan Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Menurut saya, Film ini bagus  dalam segi penceritaan dan gaya tutur bahasanya. Kisah cinta remaja yang malu-malu kucing dan polos tergambar jelas dalam setiap adegannya. Hakikat cinta yang tulus digambarkan dengan sederhana. Ketulusan cinta benar-benar dibuktikan dengan saling mendukung satu sama lain tanpa harus adanya nafsu. Saya tidak yakin kisah cinta remaja sekarang ada yang seperti itu.

Terakhir,  film ini ternyata menginspirasi pembuatan Film Ada Apa Dengan Cinta di Tahun 2000 silam. So, Film Gita Cinta dari SMA harus kamu tonton ya..

Jakarta 31/8/15
Ahmad Khoerul Mizan


Selasa, 18 Agustus 2015

PONDOK PESANTREN AL HIKMAH BENDA BUMI AYU BREBES

AL-HIKMAH RIWAYATMU KINI


Tulisan ini ditulis pada 9 Februari 2012.
penulis siap menerima  kritik jika terdapat tulisan yang tidak sesuai dengan Fakta.

Pondok pesantren Al-Hikmah Benda merupakan salah satu pondok terbesar di Jawa tengah. Pondok ini terletak di Desa Benda - Bumi Ayu, suatu daerah yang menghubungkan Tegal dan Purwokerto (Banyumas) Jawa Tengah. Hingga kini tercatat sudah ribuan santri yang belajar di sana. Umumunya mereka berasal dari Brebes, Tegal, Banyumas, Cirebon, Indramayu, Karawang, Jakarta, serta Sumatera. Perintis berdirinya Pondok pesantren Al-Hikmah adalah K.H. Kholil Bin Mahali. melihat kondisi masyrakat desa Benda yang masih rawan akan pengetahuan agama, alumnus Pondok Pesantren Mangkang Semarang ini pada tahun 1911 mengawali dakwahnya mengenai agama islam terhadap masyarakat sekitar.

melalui metode ‘’Bil Hikmati Wal Maudzotil Hasanah’’ (bijaksana dan nasihat-nasihat yang baik) ke ikhlasan berdakwah serta memberikan suri teladan, beliau mengadakan kegiatan pengajian Kitab kuning dan Al-Qur’an di surau-surau dan kediaman beliau sendiri. Menyusul kemudian pada tahun 1922, sepulangnya dari menuntut ilmu di Masjidil Haram Mekah, K.H. Suhaimi Bin Abdul Ghani (keponakan K.H. Kholil) bahu membahu bersama K.H. Kholil mengajarkan ilmu agama islam kepada masyarakat benda serta merubah keadaan masyarakat Desa Benda dari keterbelakangan menjadi setingkat lebih maju baik dibidang pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan.

Atas dorongan K.H. Munawir (pimpinan Pondok pesantren Krapyak Yogyakarta), pada tahun 1927, K.H. Suhaimi yang juga seorang Khafidzul Qur’an (penghafal Qur’an) mendirikan Pondok pesantren Tahfidzul Qur’an di atas tanah Nyai Habibah (ibunda K.H. Suhaimi). Maka K.H. Suhaimi membangun asrama dengan beberapa kamar. Pondok tersebut merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Al – hikmah Benda yang ada sekarang ini. Pesantren yang didirikan K.H. Suhaimi tersebut adalah penyempurnaan dari bentuk pengajian Kitab kuning dan Al-Qur’an rintisan K.H. Kholil.

Awal mulanya santri di sana hanya sebatas anak-anak muda dan masyarakat Desa Benda itu sendiri. Santri di sana pun diwajibkan menghafal Al-Qur’an 30 juz, maka tidak menherankan jika Desa benda terkenal sebagai salah satu desa terbanyak penghafal qur’annya di Pulau Jawa. Pendirian pondok pesantren tersebut ditindak lanjuti dengan didirkannya pendidikan klasikal/sistem Madrasah, yaitu Madrasah Tamrinussibyan yang kemudian mendapatkan izin operasional dari Pemerintah Hindia-Belanda dengan nomor izin 123 tahun 1930 M. maka resmi berdirilah Pondok Pesantren Al – Hikmah Benda pada tahun 1930.

Pada waktu perang kemerdekan Indonesia, Pondok Pesantren Al-Hikmah mengalami keguncangan dan bahkan kehancuran. Pada saat itu dengan dikomandoi oleh para Kiayi, santri dan masyarakat ikut berjuang melawan penjajah hingga Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Banyak diantara Kiyai, santri, dan masyarakat yang gugur seperti K.H. Ghozali, M. Miftah, H. Mazyihadi, Hj. Aminah, Syukri, Da’ad, Wahyu, Siroj, dll. Setelah keadaan kembali aman K.H. Kholil dan K.H. Suhaimi beserta para santrinya kembali melanjutkan aktivitas belajar-mengajarnya di tahun 1952.

Dalam menahkodai Pondok pesantren Al-Hikmah, K.H. Kholil dan K.H. Suhaimi dibantu oleh K.H. Ali As’ary (menantu K.H. Kholil), Ust. Abdul Jalil, Kyai Sanusi, dan K.H. Ma’ud. Pada tahun 1955, K.H. Kholil berpulang ke rahmatullah dan selang beberapa tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1964 K.H Suhaimi pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Makam K.H. Kholil sendiri terletak di Tempat Pemakaman Umum Bulakwungu, sedangkan makam K.H Suhaimi berada di belakang Masjid Jami Al-Hikmah Benda.

Sepeninggal K.H. Kholil dan K.H. Suhaimi, tonggak kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Hikmah Benda diteruskan oleh keturunan-keturunan beliau berdua. Dalam hal ini K.H. Shodiq (putera K.H. Suhaimi) dan K.H. Masruri Abdul Mughni (cucu K.H.Kholil) tampil sebagai penerus pendahulunya tersebut. Di bawah kepemimpinan beliau berdua Pesantren Al-Hikmah berkembang cukup pesat, hal ini ditandai dengan berdatangannya para santri dari berbagai daerah untuk mondok di pesantren tersebut.

Menanggapi hal di atas  K.H. Shodiq dan K.H. Masruri dalam mengembangkan pesantren, mereka membagi pondok pesantren Al-Hikmah menjadi dua yaitu Pondok Pesantren Al-Hikmah 1 (Al-Hikmah Putera/Barat) dibawah asuhan K.H. Shodiq dan Pondok Pesantren Al-Himah 2 (Al-Hikmah Puteri/Timur) dibawah asuhan K.H. Masruri. Meskipun berbeda pengasuh namun pondok pesantren ini tetap masih dalam satu ikatan kekeluargaan, yakni Pondok pesantren Al-hikmah. Seiring dengan berjalannya waktu Pondok pesantren Al-Hikmah tidak hanya sebatas mengajarkan pendidikan informal saja kepada santerinya melainkan juga memberikan pendidikan formal. hal ini ditandai dengan didirkannya  lembaga-lembaga pendidikan seperti Mts 1 (Th. 1964), MDA/MDW (Th. 1965), Madrasah Mualimin Al-Hikmah/MMA (Th. 1966), Madrasah Aliyah/MA (Th. 1968), Mts 2,3 (Th. 1986), Perguruan Takhasus Qiratul Kutub (Th.1988), SMK (Th. 1987), Mts 4,5 (Th. 1989), Madrasah Aliyah/MA 2(Th. 1990).

Sepulangnya dari menuntut ilmu bersama Syeikh Muhamad Bin Alawi Al-Maliki di mekkah pada tahun 1985, K.H. Labib Shodiq Suhaimi (putera K.H. Shodiq) kemudian diangkat menjadi menantu oleh K.H. Suhaimi dengan menikahi puterinya yaitu nyai Zakiyah. K.H. Labib pun di embankan tugas untuk membantu ayahnya K.H. Shodiq mengasuh pondok pesantren Al-Hikmah 1 (Al-Hikmah Putera/Barat). K.H. Labib pun diberikan kepercayaan untuk mengasuh Al-Hikmah 1 komplek Masjid Jami’ sedangkan ayah beliau yaitu K.H. Shodiq mengasuh Al-Hikmah 1 komplek Ibnu Mas’ud.

Untuk memudahkan langkah-langkah yang diambil oleh lembaga pendidikan pondok pesantren Al-Hikmah serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, maka didirikan pondok pesantren menjdi yayasan pendidikan pondok pesantren Al-Hikmah melalui akta notaries  No. 12 tanggal 9 Januari tahun 1989. Dengan susunan pengurus sebagai berikut:

Ketua              :  K.H. Shodiq Suhaimi

Wakil Ketua     :  K.H. Masruri Abdul Mughni

Sekretaris I     :  Drs. Musthofa Nasuha

Sekretaris II    :  K.H. Abdullah Adib Masruha. Lc

Bendahara I    :  K.H. Labib Shodiq Suhaimi

Bendahara II   :  K.H. Solahudin Masruri

Pembantu        :  Drs. Rozikin Daman, H. Mas’ud Zamawi, H. Luthfi Atkhori, Ridwan San’an, Amir Faruk, dan Shohibi Miftahudin.

Pesantren Al-Hikmah Benda juga mengajarkan santri-santinya untuk latihan berorganisasi. Hal ini ini tegaskan dengan dibentuknya berbagai organisasi-organiasi daerah asal para sanri seperti HISTE (Himpunan Santri Tegal), ITHOBSYI (Himpunan Santri Brebes), HISBAN (Himpunan Santri Banyumas meliputi Purwokerto, Banjarnegara, Purbalingga, dan Cilacap), Itmammu Syarki (Himpunan Santri Pemalang), ISABA (Ikatan Santri Jawa-Barat meliputi Cirebon, Indramayu, Subang, Bandung, Karawang dan daerah Jawa-Barat lainnya), IMJA (Himpunan Santri Jabodetabek), serta IKSAS (Ikatan Santri Sumatera).

Dalam perakteknya organisasi-organisasi tersebut setiap hari Selasa dan Jum’at selalu mengadakan kegiatan untuk para warganya, dan jika bulan Ramadhan tiba mereka selalu mengadakan BSK (Bakti Sosial Keagamaan) dengan mereka terjun langsung untuk berdakwah dan berkecimpung didalam kemasyarakatan yang waktu dan tempatnya sudah mereka tentukan.

Dalam perkembangannya para santri Al-Hikmah tidak hanya dituntut untuk dapat membaca kitab kuning dan berdakwah di masyarakat, mereka juga dituntut untuk dapat meningkatkan skiel mereka, sehingga jika sudah keluar dari pesantren maka mereka mampu bersaing untuk dapat bertahan hidup dengan masyarakat luar. Oleh karena itu para santri di Al-Hikmah di ajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus di sekolah mereka masing-masing seperti Qiratul Kutub ( latihan membaca kitab kuning), Falakiyah, Perikanan, Peternakan, Penukangan, Tata boga, Penjualan, Tata Busana, Menjahit, Pertanian, Komputerisasi, Bengkel otomotif dan elektro, Bahasa Arab, serta Bahasa Inggris yang kesemuanya itu diajarkan oleh para ahlinya. Maka tak mengherankan disamping para lulusan Al-hikmah banyak yang menjadi Mubaligh atau bahkan memiliki pesantren sendiri di daerahnya masing-masing, tidak sedikit pula banyak santri Al-Hikmah yang mendapat beasiswa keluar negeri dan bekerja pada perusahaan-perusahaan otomotif terkemuka.

Diantara para alumnus yang sukses mendirikan pesantren sendiri di daerahnya dan mendapat beasiswa ke luar negeri ialah K.H. Mualim (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hikmah Jati Sawit, Bumi Ayu Brebes), K.H. Jazuli (Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Annuriyah, Bumi Ayu Brebes), Alm. K.H. Fauzan Zein (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rembang), Syamsuri, Lc , H. Mukhlis Syafiq, Lc , Muhamad Hafidz (Alumni Al-Azhar University, Mesir) serta masih banyak yang lainnya.

Pondok Pesantren Al-Hikmah pun pernah juga ditunjuk  menjadi tuan rumah untuk event perlombaan bertemakan agama Islam dan pertemuan-pertemuan penting antar pesantren baik tingkat provinsi maupun nasional seperti, tuan rumah lomba MTQ tingkat nasional tahun 2006 dan pertemuan pengasuh Pondok Pesantren se Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Februari 2011. Pondok pesantrem Al - Hikmah yang dahulunya hanyalah Pesantren Tahfidzul Qur’an yang kecil kini menjelma menjadi Pondok pesantren semi salafi dan merupakan salah satu yang tebesar di Jawa Tengah.

Tanggal 26 November 2011 santri, alumnus Al Hikmah, serta masyrakat Desa Benda berduka karena salah satu panutan mereka, pemimpin yang penuh kharisma yakni K.H. Masruri Abdul Mughni (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah 2/Ro’is PWNU bag Syariah Jawa Tengah) berpulang ke rahmatullah di Madinah, Saudi Arabiya ketika sedang melaksanakan ibadah haji. Tanpa ridho Allah dan jasa-jasa para ulama-ulama yang disebut diatas tidak mungkin Pondok Pesantren Al-Hikmah menjadi besar seperti yang sekarang ini. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan para Ulama-ulama penerus ilmu Rasulullah baik yang disengaja maupun tidak dan menempatkan mereka di raudhatul janah amin ya robal alamin.



Sumber : Sebagian berasal dari buku Memo Madrasah Aliyah Al Hikmah 1 angkatan tahun 2009 dan sebagian lagi berdasarkan pengalaman pribadi sebagai santri angkatan 2006 -2009.

Sabtu, 15 Agustus 2015

KETURUNAN NABI MUHAMAD SAW

 AZMATKHAN

Azmatkhan merupakan salah satu marga dari golongan sayyid (habib/keturunan nabi Muhamad) yang berjasa menyebarkan agama islam di Nusantara, dakwah mereka ke Nusantara bahkan lebih dahulu ketimbang golongan sayyid yang lainnya macam Assegaf dll. Nama Azmatkhan berasal dari penggabungan dua kata dalam bahasa Urdu Azmat yang berarti mulia, terhormat; dan Khan yang memiliki arti komandan, pemimpin, atau penguasa. Nama ini disandangkan kepada Sayyid Abdul Malik bin Alawi Ammul-Faqih setelah ia menjadi menantu bangsawan Nasirabad, sebuah daerah di Gujarat India. Gelar “Khan” diberikan sebagaimana kepada keluarga bangsawan atau penguasa setempat.

berikut ini silsilah Azmatkhan: Sayyid Abdul Malik bin Alawi (Ammul Faqih Muqaddam) bin Muhammd Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib dan Fatimah az-Zahra binti Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.


Azmatkhan inilah nantinya akan melahirkan Wali Songo (Sunan maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kali jaga, dan Sunan Gunung Jati) serta sultan-sultan di kerajaan Islam di Nusantara. Raden patah pendiri kerajaan Demak pun masih keturunan mereka.


perbedaan Azmatkhan dengan sayyid yang yang lainnya ialah mereka tidak begitu menonjolkan kebesaran akan nasab dan marga dibelakang nama mereka. mereka membaur dengan pribumi tanpa adanya batasan terkait perbedaan derajat seorang sayyid dan orang biasa.


waktu terus berputar, hingga kini keturunan Azmatkhan pun tersebar di seluruh nusantara, wajah mereka pun tidak seperti orang Arab lagi. mereka seperti kita orang Indonesia. jadi, anda sebagai orang Indonesia bisa jadi ada yang keturunan azmatkhan. jika anda keturunan Azmatkhan, itu artinya anda masih memiliki darah nabi Muhamad didalam jiwa dan raga anda. wallahu a'lam

RAMADHAN ALA BOCAH CONDET


 *penulis menulis tulisan ini pada tanggal 22 Juni 2015 yang lalu tepat pada saat bulan Ramadhan.


 BULAN RAMADHAN DAN CERITA KUE PUTU MAYANG-LAPIS DI CONDET

'' kueeee putu mayanggg, kueeeeee laaapisssss'', begitulah jingle khas penjual kue putu mayang dan lapis saat berkeliling condet.

condet merupakan sebuah perkampungan di timur Jakarta. kawasan tersebut dahulu terkenal akan buah Salak dan dukunya. salak condet bahkan dijadikan lambang kota Jakarta oleh pemerintah daerah. namun, ironisnya kini duku dan salak condet hanya tinggal cerita. mereka telah punah dan digantikan dengan rumah kontrakan hingga ruko pertokoan.

di Condet ada kebiasan unik tatkala bulan ramadhan datang. anak-anak di Condet, khususnya yang berada di kelurahan Balekambang biasa memanfaatkan moment ramadhan untuk berjualan kue putu mayang dan kue lapis keliling kampung. kebiasaaan berjualan kue putu mayang dan lapis keliling sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu.

adalah Mpok Mamah (54 th), dia merupakan agen dari kue putu mayang dan lapis. usahanya membuat kue dirintis sejak tahun 1990-an. rumahnya yang terletak di Gg. H. Yahya selalu dibuat riuh oleh suara anak-anak yang ingin menjual kue khas betawi tersebut.

''ya kita usaha begini udah dari dulu. kalau bulan puasa datang yaudah kita buat deh tu kue. anak-anak pada dateng sendiri tanpa kite suruh. cuman bedanya anak-anak dulu lebih rame yang mau jualan ketimbang sekarang''. tutur mpok mamah.

''anak-anak mah datang biasanya jam 9, biasanya tuh pada dateng ama temennya, bisa kali satu hari tuh ada 20an anak dateng ke mari'' jelas mpok asli betawi sambil terseyum.

pukul 9 pagi hingga 3 sore adalah waktu bejualan kue putu mayang dan kue lapis keliling. dalam menjajakan kue, biasanya anak-anak selalu berpasangan. satu diantara mereka membawa kue dan yang satunya lagi membawa air gula merah. teriknya matahari pun ternyata tak memadamkan semangat anak anak untuk berjualan. untuk upah, mereka mendapatkan bayaran sesuai dengan jumlah kue yang dibawa.

''saya dibayarnya tergantung jumlah kue yang saya bawa bang, kalo bawa 30 saya dikasih lima ribu. itu juga kalo kuenya abis semua''. jelas Imam (9th) bocah penjual kue.

''saya mah seneng aja bang jualan, kan dapat duit, duitnye kita tabung biar bisa beli mainan ntar pas lebaran''. tambah bocah berambut ikal tersebut.

rute yang biasa dilalui para bocah penjual kue putu mayang dan lapis adalah sekitar kelurahan Balekambang dan Batu Ampar. hebatnya, kebanyakan anak-anak ketika berjualan tetap dalam keadaan berpuasa. ketika lelah melanda, mereka pun beristirahat di moshala. seperti yang dilakukan Fahmi (13 th). dia selalu beristirahat di mushola sambil membasuh mukanya ditempat wudhu.
''biarpun jualan, saya tetap puasa bang, cuci muka juga ntar capeknya ilang''. jelas Fahmi.

sebagai kue khas betawi kue putu mayang dan kue lapis memang terkenal enak rasanya, apalagi ketika dicampur dengan air gula merah. rasanya yang legit begitu amat dicari oleh warga ketika bulan ramadhan.

Lis (27th) seorang warga condet kerap menanti kedatangan para bocah penjual kue putu mayang dan lapis. wanita ini amat menyukai kue lapis. biasanya dia membeli tiga kue, dimana ketiga kue itu nanti akan dimakan bersama suami dan anaknya ketika waktu berbuka puasa tiba.

''saya demen banget ama kue lapis, kuenya enak sih. saya taruh ke kulkas dulu biar adem, kan seger tuh ntar pas buka'' tutur wanita berkulit sawo matang tersebut sambil menggendong anaknya.
matahari pun semakin berjalan ke arah barat. jam di tangannya saya menunjukan pukul 16.00. selepas sholat ashar di moshoal Nurul Yaqin, motor supra x keluaran tahun 1998 pun dengan gagah perkasa mengantarkan saya ke pulang ke rumah.

Ahmad Khoerul Mizan.

17 AGUSTUSANNYA SUNGAI CILIWUNG JAKARTA

KALA CILIWUNG MENGHIAS DIRI SAMBUT 17 AGUSTUSAN

hari ini, pasca sholat subuh saya lari pagi dengan rute sepanjang jalan kayu manis Condet Balekambang hingga Rindam Jaya. ada yang berbeda tatkala saya memandang ke arah sungai ciliwung.

setelah beberapa bulan yang lalu dikeruk lumpur dan sampahnya, kini sungai ciliwung tampak lebih bersih. sungai tersebut pun terlihat lebih semarak dengan panggung, umbul umbul dan hiasan guna menyambut 17 Agustusan yang jatuh pada hari senin esok.

17 Agustus merupakan sebuah tanggal yang amat begitu sakral bagi bangsa Indonesia, kehadirannya selalu amat dinanti oleh ratusan juta penduduknya tak terkecuali warga bantaran sungai ciliwung.

70 tahun yang lalu, tepat ditanggal 17 Agustus tahun 1945, bapak proklamator Ir. Soekarno dengan semangatnya membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. peristiwa tersebut kemudian menjadi moment yang amat indah bagi sejarah bangsa Indonesia dan wajib hukumnya dirayakan setiap tahunnya.

memajang bendera di depan rumah,menghias kampung, arak arakan karnaval dan mengadakan berbagai macam perlombaan adalah ritual khusus tradisi yang kerap dilakukan warga bantaran sungai ciliwung. biasanya mereka melakukan lomba di pinggir sungai dengan kondisi sungai yang kotor dan penuh sampah.

untuk tahun ini acara 17 agustusan bagi warga bantaran sungai ciliwung akan sedikit berbeda dengan tahun -tahun sebelumnya. secara khusus Kodam Jaya Jayakarta menggelar Pesta Rakyat Ciliwung dengan menampilkan 17 pasar murah dan berbagai lomba tradisional di sepanjang bantaran Kali Ciliwung, dari Rindam Jaya sampai Kalibata Indah.

rencananya berbagai kegiatan lomba tradisional akan dilakukan selama satu hari pada tanggal 15 Agustus tepat di hari ini, Adapun kegiatan pasar murah akan menyediakan berbagai kebutuhan pokok serta menampilkan hiburan lokal, seperti orkes tanjidor dan pertunjukan ondel-ondel.

kedepannya, semoga saja harapan pemerintah DKI Jakarta akan menjadi kenyataan yakni menjadikan ciliwung sungai yang bersih, enak dipandang dan menjadi icon pariwisata Kota Jakarta.

Ahmad Khoerul Mizan
15 Agustus 2015