PERJUANGAN ETNIS KURDI MEMPEROLEH OTONOMI
KHUSUS DI IRAK
(1920 - 1991)
(1920 - 1991)
Mengkaji masalah yang berkaitan dengan politik dan konflik etnis di
Timur tengah adalah hal yang sudah lama dilakukan orang. Kajian ini dianggap
menarik salah satunya karena Timur tengah merupakan wilayah yang dihuni oleh
beragam etnis, hal ini menjadikan wilayah tersebut begitu rawan akan konflik
etnis. Konflik etnis timbul ketika terjadi penguasaan wilayah dan penindasan
oleh sebuah etnis penguasa terhadap etnis lainnya, biasanya etnis tertindas tersebut
adalah etnis yang lemah persatuannya ataupun berkedudukan sebagi kelompok
minoritas. Hal ini kemudian memunculkan gerakan perjuangan dari etnis yang
tertindas dan minoritas untuk melawan etnis penguasa yang kejam agar eksistensi
kelompok mereka tetap terjaga.
Salah satu
negara di Timur Tengah yang memiliki latar belakang etnis yang beragam adalah Irak.
Masalah etnis yang dihadapi Irak adalah mengenai perjuangan Etnis Kurdi yang
menuntut otonomi wilayah Kurdistan di Utara Irak (melingkup Arbil, Suleymani,
Dahuk, dan Kirkuk). Pada awalanya, dibawah pimpinan seorang ulama bernama
Syeikh Mahmud Barzanji mereka berjuang menuntut realisasi perjanjian Sevres
1920 terkait kemerdekaan bagi seluruh wilayah Kurdistan.[1]Namun,
dalam perjalannya, ketika kepemimpinan perjuangan dibawah kendali Mustafa
Barzani, Etnis Kurdi di Irak merubah tuntutannya, yakni agar diberikan status
otonomi kepada wilayah Kurdistan yang berlokasi di Irak Utara. Mereka berpikir,
sulit pastinya untuk menciptakan sebuah Negara Kurdistan yang berdaulat, hal
ini dikarenakan keberadaan Etnis Kurdi yang terpencar diempat Negara yakni
Turki, Iran, Irak, dan Suriah.[2]
Gerakan
perjuangan Etnis Kurdi di Irak merupakan bentuk protes terhadap pemerintah yang
berkuasa. Etnis Kurdi menganggap Pemerintah Irak baik saat masih dipegang oleh
mandat Inggris maupun sudah menjadi republik selalu mengabaikan kepentingan Etnis
Kurdi, bahkan keberadaan mereka hampir dihilangkan melalui Genocida Kurdistan
ketika Irak dipimpin oleh Saddam Husein pada tahun 1988.
Dalam sejarahnya, Etnis Kurdi yang terdiri dari
berbagai macam suku ini tak pernah bisa bersatu, mereka terlalu larut dalam
pertikaian antar Suku. Satu hal yang menjadi paradoksial adalah, terbentuknya
Negara- negara baru di Timur tengah pasca runtuhnya Dinasti Ottoman memberikan
kontribusi akan timbulnya jiwa nasionalisme di dalam diri Etnis Kurdi di Irak.[3]
Pengalaman perjuangan Etnis Kurdi di atas dapat
dilihat sebagai salah satu perjuangan rakyat yang dilakukan dengan cara
berperang secara militer. Meskipun demikian, Etnis Kurdi dalam konteks
Perjuangan tidak dapat dikatakan mutlak berperang secara militer melawan
pemerintah Irak sebab, mereka juga menjalankan negoisasi melalui perundingan –
perundingan dengan pemerintah Irak sehingga terbentuklah wilayah otonomi Kurdistan
di Irak Utara tahun 1991.
Penulis menelaah bahwasanya keberhasilan Etnis Kurdi di Irak merupakan
sebuah prestasi luar biasa yang tidak pernah didapatkan oleh Etnis Kurdi
manapun baik yang ada di Turki, Iran maupun Suriah. Bahkan, dalam kasus Etnis Kurdi di
Iran mereka bahkan dibujuk oleh pemerintah Iran untuk berintegrasi sebagai
bagian dari orang Persia sehingga mengakibatkan tidak ada regulasi khusus
tentang otonomi bagi Etnis Kurdi di Iran.
GOOD JOB BUAT ETNIS KURDI DI IRAK...........
[1]Rebecca Rowell. Iraq. (Minnesota : ABDO Publishing
Company), 2011, h. 7.
[2]Kurdi merupakan salah satu etnis terbesar di
dunia yang bisa dikatakan tercerai berai karena, mereka tidak memiliki Negara
persatuan. Pasca perjanjian Lausanne 1923, Wilayah Kurdistan secara umum
terbagi didalam territorial empat Negara yakni Turki, Iran, Irak, dan Suriah
[3]
MERIP Reports, The Kurds, (Washington DC; Midle East Research and Information Project), 1996,
h. 5.
Jackpot city casino site ᐈ review & rating - Lucky Club
BalasHapusJackpot luckyclub city casino site. This site is no longer accepting payments from casinos or bookmakers, so please review Jackpot city casino site and