Rabu, 04 Maret 2015

SEPAK BOLA DALAM KEHIDUPAN RAKYAT IRAN PASCA REVOLUSI 1979




Ahmad Khoerul Mizan*
*Mahasiswa Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ciputat, Jakarta, Indonesia.
ABSTRAK
Diperkenalkan oleh colonial inggris di era 1900-an, Sepak bola merupakan olah raga yang paling digandrungi oleh rakyat Iran. Pasca Revolusi tahun 1979, Iran dikuasai oleh Khoemaeni, sang penguasa yang terkenal anti barat (Amerika, Inggris, dan sekutunya). Dianggap produk asal barat, Kebutuhan rakyat Iran untuk menikmati sepak bola pun sangat di batasi oleh Khoemeini. Dengan menganalisa data data yang berasal dari beberapa artikel jurnal dan buku yang berkaitan dengan sepak bola di Iran, Artikel ini menunjukan bahwa, meskipun rakyat Iran menyambut revolusi 1979 dengan suka cita, namun sayangnya mereka tak bisa leluasa menikmati sepak bola. Studi ini fokus menjelaskan kondisi rakyat Iran dalam menikmati sepak bola pasca Revolusi 1979. Temuan yang didapakan dalam artikel ini ialah sepak bola tetap digandrungi rakyat Iran, meskipun aturan - aturan penguasa membatasi mereka untuk menikmatinya. Dan, bahkan sepak bola Iran terus berkembang menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
Keyword: Rakyat Iran, sepak bola Iran, Pasca Revolusi 1979, Iran.

Pendahuluan
Sepak bola merupakan olah raga yang paling digemari oleh mayoritas rakyat dunia, tak terkecuali rakyat Iran. olah raga ini diperkenalkan ke Iran oleh colonial Inggris di era tahun 1900-an. Sejak kehadirannya, ternyata sepak bola mampu menggeser polularitas gulat tradisional sebagai olah raga termahsyur di negeri yang mengkalim diri sebagai duplikat kekaisaran Persia ini.

Ketika Dinasti Pahlevi berkuasa, rakyat Iran baik laki-laki, perempuan, besar, kecil, tua, dan muda begitu menikmati sepak bola dengan suka cita. Dinasti Pahlevi yang berhaluan sekuler dan pro terhadap barat benar-benar membebaskan rakyatnya dalam hal sepak bola. Akan tetapi, Dinasti yang berkuasa sejak 1925 ini harus runtuh setelah revolusi yang dipimpin oleh Khoemaeni mampu menggulinggkannya di tahun 1979.
[1]



Pasca revolusi revolusi 1979, Khoemaini sebagai penguasa yang terkenal benci terhadap barat ini, menerapkan hukum syariat islam di Iran. berbagai produk dari barat dihilangkan dan dilarang di Iran. meskipun berasal dari barat, sepak bola yang telah dibumbui aturan aturan syar’i oleh Khoemaini, tetap diperbolehkan di Iran sebab, melarang sepak bola sama saja menabuh genderang perang terhadap rakyatnya. Inilah satu bukti bahwa sepak bola benar-benar telah digandrungi oleh rahyat Iran, hingga penguasa pun tak kuasa menghadangnya. dengan diterapkan aturan-aturan Syar’i dalam sepak bola, timbul pertanyaan,  apakah rakyat Iran masih bisa menikmati olah raga tersebut pasca revolusi 1979, dan bagaimanakah perkembangan sepak bola di negeri para mullah itu ?

Tulisan ini melihat bahwa sepak bola benar-benar menjadir satu olah raga yang paling digemari oleh rakyat Iran. Pasca revolusi 1979 rakyat menjadi gundah gulana karena, kebebasan mereka untuk menimkati sepak bola begitu dibatasi oleh aturan-aturan yang diterapkan pemerintah. Meskipun demikian, kecintaan rakyat Iran terhadap sepak bola tak pernah padam, bahkan sepak bola Iran pun tampil menjadi salah satu yang terbaik di Asia. 

Penulis menggunakan data pustaka dari beberapa artikel jurnal dan buku khusunya yang terkait dengan sepak bola dalam kehidupan rakyat Iran pasca Revolusi 1979. Sebelum melihat kondisi sepak bola dalam kehidupan rakyat Iran pasca revolusi 1979, dibawah ini kita akan diskusikan terlebih dahulu: sejarah masuknya sepak bola di Iran hingga masa Dinasti Pahlevi berkuasa

Sejarah Masuknya Sepak Bola di Iran Hingga Masa Dinasti Pahlevi Berkuasa
Dalam sejarahnya, sebenarnya cikal bakal permainan sepak bola sudah ada di Iran pada permulaan abad 20. Ketika itu sekumpulan pemuda Teheran sering memainkan kain usang yang dibungkus sepotong karet dan membentuknya menjadi bola. Permainan yang mereka sebut ‘Cheltoup’ ini dimainkan dengan menggunakan tongkat. Sekeliling parit-parit kota adalah tempat yang selalu mereka gunakan sebagai arena permainan. Namun meskipun demikan, permainan ini belum lah bisa disebut sebagai sepak bola.

Pada tahun 1908, pejabat konsul dan prospector minyak dari Inggris memperkenalkan permainan sepak bola yang sesungguhnya. Permainan ini lebih menggunakan kaki sebagai kekuatan utamanya. Ketika waktu luang, para pejabat konsul dan prospector minyak dari Inggris itu biasa memainkan olah raga ini di selatan Masjid Sulayman dan Pelabuhan Bandar Abbas di Teluk Persia. Permainan yang mereka lakukan di Iran ini terlihat lebih serampangan ketimbang yang dilakukan oleh rekan-rekan mereka yang berada di Goa, India. Di Goa, para misionaris Inggris menggunakan sepak bola sebagi alat untuk mencuci otak pribumi agar mau memeluk agama Kristen.

Kehadiran sepak bola di Iran nampaknya disambut antusias oleh rakyatnya bahkan, sepak bola mampu menggeser Gulat Tradional[2] sebagai olah raga terpopuler di Iran. pada tahun 1916, hampir disetiap para konsul Inggris bermain, para pemuda Iran sudah pasti berkerumun menyaksikan pertandingan itu. secara bertahap seluruh lapisan rakyat Iran pun mulai menggemari sepak bola.

Di waktu yang lain, ketika para konsul Inggris kekurangan jumlah pemain, beberapa orang pemuda Iran pun ditarik untuk bermain sepak bola bersama mereka. Bukan kepalang rasanya, pemuda-pemuda Iran begitu senang sekali menerima tawaran tersebut. Sebelum Perang Dunia 1 berkobar, beberapa staf kedutaan Eropa dan sekolah asing telah memainkan peran penting dalam mempromosikan sepak bola di Iran.

Di Kota Teheran terdapat dua sekolah yang berjasa mengembangkan sepak bola  bagi rakyat Iran yakni, Sekolah Jerman dan American College. Sementara itu, Para staf kedutaan mengumpulkan sebelas pemain terdiri dari orang-orang Iran yang bekerja pada Royal Bank of Persia dan Layanan Telegraf untuk menghadapi para konsul Inggris. Hasilnya tak main-main, mereka akhirnya bisa mengalahkan para konsul Inggris tersebut.

Fozzini dalam artikelnya yang berjudul Religion, politics, and Class : Conflict and contestation in the development of Football in Iran menceritakan Kemenangan tim gabungan rakyat Iran atas para konsul Inggris begitu dielu-elukan sebagai kemenangan nasional. Dari Pelabuhan Bandar Abbas dan kota Teheran sepak bola akhirnya tersebar luas keseluruh penjuru Iran.[3] Penguasa Qajar yang saat itu berkuasa di Iran benar benar membebaskan sepak bola. namun, hal tersebut bisa saja terjadi karena saat itu dinasti Qajar berada diakhir masa kekuasaan, sebelum akhirnya mereka digantikan oleh dinasti Pahlevi di tahun 1925.

Melihat semakin populernya sepak bola di Iran, Federasi Sepak Bola Iran atau biasa disebut FFIRR (Football Federation Islamic Republic Of Iran) resmi didirikan ditahun 1920. Kompetisi local pun mulai diadakan guna menghasilkan sebuah Tim Nasional yang tangguh. Tim Nasional Sepak Bola Iran untuk pertama kalinya tampil dalam pertandingan persahabatan menghadapi Uni Soviyet di Baku pada 1925. Pertandingan tersebut berakhir imbang 0-0.

Dibawah Dinasti Pahlevi yang sekuler dan pro barat, sepak bola di Iran dalam perkembangannya terus menggeliat. Liga sepak bola professional Iran pertama kali digelar pada tahun 1970. Dua klub besar Iran pun tampil sebagai penguasa liga, mereka adalah Persepolis dan Ersteghlal. Tim Nasional Iran tumbuh menjadi kekuatan sepak bola yang diperhitungkan di Asia. Mereka berhasil lolos ke Olimpiade Tokyo 1964 setelah menghajar India 3-1 di Calcuta. Iran juga berhasil tiga kali berturut-turut menjadi juara Piala Asia dari tahun 1968, 1972, dan 1976.

Rakyat pada masa Dinasti Pahlevi benar-benar menikmati sepak bola, tak ada satupun aturan-aturan dari penguasa yang membatasi rakyat dalam hal sepak bola. Ketika pertandinagn berlangsung baik laki-laki maupun perempuan bercampur baur mendukung tim kesayangan mereka di stadion ataupun hanya melalui televisi. Kita tak akan kesulitan menjumpai stadion yang penuh sesak ataupun rumah yang bergetar dindingnya ketika pertandingan sepak bola sedang berlangsung.[4]

Rakyat Iran boleh saja senang terhadap Pahlevi, dikarenakan pada masa kekuasaannya sepak bola begitu bebas untuk dinikmati. Namun, sayangnya mereka justru mendukung Ayatulloh Rohullah Khoemeini untuk meruntuhkan Dinasti Pahlevi melalui Revolusi yang terjadi pada tahun 1979.
Alasan rakyat mendukung Khoemeini, mereka berpendapat bahwa dinasti Pahlevi telah  brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien.selain itu mereka juga mengganggap bahwa sejatinya Dinasti Pahlevi merupakan boneka barat. Revolusi ini mengakibatkan Iran berubah menjadi negara Republik Islam dengan Syariat Islam sebagai aturan hukum yang berlaku. Lantas, seperti apakah jalannya Revolusi Iran 1979 ? dibawah ini akan dipaparkan gambaran umum revolusi Iran 1979.

Gambaran Umum Revolusi Iran 1979
Revolusi Iran (juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam Iran 1979) merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki dibawah Shah Mohamad Reza Pahlevi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatulloh Ruhullh Khoemeini, pemimpin revolusi dan pendiri Republik Islam. Revolusi ini sering disebut pula sebagai "revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Revolusi Perancis dan Revolusi Bolshevik.

Rentang-waktu revolusi yang dipimpin Khoemeini ini sejatinya sudah dimulai sejak Januari 1978, hal tersebut ditandai dengan demonstrasi besar pertama. Demonstrai ini berdampak disetujuinya konstitusi teokrasi baru, dimana Khomeini menjadi pemimpin tertinggi negara dengan gelar Ayatullah pada Desember 1979. Penguasa Iran sebelumnya, Mohamad Reza Pahlevi sendiri telah terlebih dahulu meninggalkan Iran pada Januari 1979 setelah pemogokan dan demonstrasi melumpuhkan negara. pada 1 Februari 1979, sekembalinya dari pengasingan,  Ayatullah Khomeini kembali ke Teheran dan disambut oleh jutaan rakyat Iran.

Kejatuhan terakhir Dinasti Pahlevi segera terjadi pada 1 Februari, dimana Angkatan Bersenjata Iran yang dahulunya mendukung Pahlevi menyatakan dirinya netral, setelah Gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Pahlevi dalam pertempuran jalanan. Iran pun secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979.[5]

Revolusi ini  menjadikan Khoemaini yang bergelar Ayatullah, dengan Ide Velayat-e Faqihnya[6] tampil sebagai penguasa di Iran. Pasca Revolusi 1979, negara Iran berubah menjadi Republik Islam, aturan syari’at islam pun diberlakukan di sana. Dengan diberlakukannya syariat Islam, segala bentuk aktifitas rakyat Iran menjadi tak sebebas seperti dahulu. Perbedaan Nampak jelas telihat diantara Pahlevi dan Khoemeini. Jika Pahlevi berhaluan sekuler dan pro terhadap barat, maka Khoemeini justru begitu membenci barat. Segala hal yang berbau barat, oleh Khoemeini difilter secara ketat dan dilarang di Iran. hanya sepak bola, sebuah produk dari barat yang tidak dilarang di Iran.[7] lalu, seperti apakah sepak bola dalam kehidupan masyarakat Iran pasca revolusi 1979 ?, pemaparan dari hal tersebut akan di diskusikan dibawah ini .

Sepak Bola Dalam Kehidupan Rakyat Iran Pasca Revolusi 1979
            Sepak bola telah mendarah daging dalam tubuh rakyat Iran. Dari dinasti Qajar hingga Dinasti Pahlevi berkuasa semangat rakyat Iran untuk menikmati sepak bola masih terus bergelora. Stadion yang selalu dipenuhi pria dan wanita,  menonton pertandingan bareng lewat televisi, atribut dan umbul umbul yang bercorak, membaurnya pria dan wanita dalam arakan pawai kemenangan merupakan hal yang lazim kita lihat paa decade tersebut. Namun, semuanya berubah pasca revolusi 1979 .

Melalui Revolusi 1979, Khoemeini membawa perubahan besar bagi Iran. Iran dirubahnya menjadi negara republic Islam yang begitu membenci barat, hal yang bertolak belakang dari Iran dimasa kekuasaan Pahlevi. Oleh Khoemeini Segala yang berasal atau berbau barat dilarang keras di Iran, beruntung nasib sepak bola masih terselamatkan. Hal tersebut tak lepas dari rakyat Iran yang begitu luar biasa menggandrungi sepak bola. Melarang sepak bola berarti sama saja menabuh genderang perang terhadap rakyat. Kecintaan mereka terhadap sepak bola menyamai kecintaan terhadap tanah air mereka.

Khoemeini masih mengizinkan sepak bola di Iran meskipun demikian, aturan-aturan secara syar’i tetap diterapakan didalamnya. Rakyat pun mulai gundah gulana dikarenakan aturan-aturan tersebut, akibatnya batin mereka pun kurang terpuaskan. Aturan-aturan tersebut lah yang membuat rakyat Iran kurang begitu bisa menikmati sepak bola.

Pemberlakuan aturan - aturan syar’i terhadap sepak bola pun mulai diterapkan. Diantara aturan aturan tersebut ialah penyensoran terhadap setiap pertandingan sepak bola di televisi, pelarangan terhadap wanita untuk menonton sepak bola berkunjung secara langsung ke stadion, melarang wanita bermain sepak bola, dan melarang bercampur baur antara pria dan wanita dalam menikmati kemenangan sebuah kesebelasan dengan pawai di jalan-jalan.

Dalam menikmati siaran pertandingan sepak bola di televisi, pecinta sepak bola di Iran begitu terganggu. Siaran - siaran pertandingan liga-liga sepak bola Eropa disensor dan diedit secara apik. Stasiun Tv akan mencoba menampilakan gambar yang lebih sopan seperti penonton wanita di stadion yang di buramkan pakaiannya. Selain itu mereka juga memburamkan Papan-papan sponsor dipinggir lapangan yang dipenuhi produk-produk marketing barat. Oleh karena itu, jika di negara-negara lain rakyatnya dapat menonton pertandingan sepak bola secara live, maka rakyat di Iran harus rela menontonnya secara delay/tunda.

Pasca Revolusi 1979, Pemain sepak bola yang menggunakan celana pendek diatas lutut haram hukumnya ditonton oleh wanita baik melalui televisi atau pun berkunjung langsung ke stadion. Setelah mendapat desakan pada tahun 1987, Khoemeini pun mengizinkan wanita menonton pertandingan sepak bola di telivisi. Alasan yang dikemukakan Khoemeini ialah wanita tidak secara langsung menyaksikan lutut laki-laki karena dibatasi oleh layar tellivisi.

Stadion sepak bola yang dimasa Palhlevi biasanya dipenuhi oleh ratusan ribu penonton pria dan wanita, kini hanya ada kaum prianya saja. Penjagaan disetiap pintu-pintu masuk stadion begitu ketat. Petugas tak mau kecolongan jangan sampai penonton wanita dapat masuk ke stadion. Para kaum hawa pun tak kehabisan akal, banyak diantara mereka mulai menyamar menjadi pria. Diantara hal-hal yang mereka lakukan adalah dengan cara mengempiskan payudara, memendekan potongan rambut, memakai topi dan berpakaian dengan pakaian ala pria.[8]

Diskriminasi terhadap wanita bukan hanya dalam hal menonton sepak bola ke stadion saja. Wanita dengan tegas dilarang bermain sepak bola. Menurut Khoemeini, hal tersebut sama saja melawan kodrat wanita. Imbas dari semua itu, Tim Nasional wanita Iran yang sudah dibentuk dari tahun 1973 harus vakum dari dunia persepak bolaan.

Dalam segi insfrakstruktur, Khoemeini sang penguasa pun kurang begitu perhatian terhadap olahraga termasuk sepak bola. Stadion, tempat latihan, fasilitas terkait lainnya, selama bertahun tahun tak pernah disentuh untuk direnovasi atau bahkan dibangun yang baru. Iran hanya memiliki satu stadion bertaraf internasional bernama Azadi.[9] Sebuah fakta yang membuktikan bahwa Iran kekurangan stadion berkualitas. Kota-kota pun kurang menyediakan lapangan yang bagus untuk digunakan warga bermain sepak bola. Selain dari kesemangatan berlatih, bagusnya Insfrakstruktur  juga merupakan factor yang bisa membuat Negara maju dalam hal sepak bolnya.

Sepeninggal Khoemeini di tahun 1989, adiknya Saayid Ali Khamenei, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden Iran tampil menggantikannya sebagai penguasa yang baru. Jabatannya sebagai presiden kemudian digantikan oleh Ali Akbar Hashemi Rafsanjani. Dalam hal sepak bola, Rafsanjani yang agak sekuler sedikit memperlonggar sepak bola di Iran. Meskipun demikian, pemimpin tertinggi Iran, Khamenei, tetap memantau segala aturan yang dibuat oleh Rafsanjani. Jadi, segala aturan yang dibuat oleh Rafsanjani harus melalui persetujuan Khamenei.

dimulai pada ers Rafsanjani, Sepak bola wanita mulai mendapatkan tempat, meskipun mereka masih tetap belum diperbolehkan menonton langsung ke stadion. Pada tahun 1993, Pemerintah meperbolehkan wanita bermain sepak bola dengan pakaian yang tertutup serta jilbab di kepala. Stadion berkapasitas 40.000 penonton khusus dibangun untuk Tim nasional wanita Iran bertanding di Teheran. Pertandingan sepak bola wanita pun hanya boleh ditonton oleh kaum hawa saja. Namun sayangnya, FIFA baru bisa mengizinkan wanita berjilbab bertanding dalam event internasional di tahun 2012.[10]   

Sepak bola bagi wanita memang sudah diperbolehkan, akan tetapi kegundahan mereka masih belum terobati, mereka masih belum boleh ikut bersorak menonton pertandingan sepak bola kaum pria. Hingga sekarang perjuangan wanita untuk dapat langsung menonton di stadion di Iran masih belum ada hasilnya.

Rakyat Iran yang terkenal memiliki jiwa nasionalisme dan persatuan yang luar biasa menjadikan Sepak bola sebagai alat untuk memprotes Rezim penguasa yang kaku. Setiap pertandingan berlangsung, spanduk yang bertuliskan protes terhadap penguasa selalu terpampang dengan jelas di tribun penonton, hal inilah yang selalu membuat geram pemerintah.[11] Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa sebab, FIFA sebagai otoritas tertinggi sepak bola dunia melarang dengan tegas pemerintah mengintervensi Federasi sepak bola anggotanya, termasuk Federasi sepak bola Iran. Jika pemerintah melanggar, maka negara yang bersangkutan akan di larang mengikuti event-event internasioanl resmi yang diselenggarakan FIFA.

Meskipun di batasi oleh pemerintah, perlahan sepak bola Iran kembali bangkit setelah lama tertidur. Hal tersebut dipertegas setelah Iran mampu menjadi juara ketiga dalam Piala Asia 1996, Mereka pun kembali sejajar dengan Negara-negara elit sepak bola Asia macam Jepang, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Sepak bola kembali Iran mulai bergairah setelah kemenangan Tim nasional Iran atas Australia yang menyebabkan mereka lolos ke Piala Dunia Perancis 1998.

Keberhasilan Iran benar-benar dielu –elukan warganya bukan hanya karena mereka berhasil lolos ke Piala Dunia melainkan, mereka berhasil menyingkirkan Australia yang notabene adalah teman karib Amerika. Hal yang mengejutkan Iran justru masuk dalam satu grup bersama Amerika di Piala Dunia 1998 tersebut. Perlu dicatat hubungan politik antara Iran dan Amerika saling memanas pasca Revolusi 1979, hubungan bilateral kedua Negara pun putus.

Demam Piala Dunia 1998 melanda seluruh penjuru dunia, termasuk Iran. Anak-anak, pemuda, bapak-bapak selalu bermain sepak bola baik di lapangan maupun di jalanan. Rakyat Iran sudah tidak sabar menunggu Timnas Iran berduel dengan Amerika. Ketika hari yang ditunggu-tunggu datang, jutaan mata rakyat Iran terfokus pada televisi di rumah masing-masing. Iran yang tampil dengan pemain andalanya Ali Dei akhirnya berhasil mengalahkan Amerika dengan sekor 2-1 dan Amerika pun tersingkir dari Perancis. Sontak kemenangan tersebut benar-benar di rayakan rakyat Iran.

Kemenangan Timnas Iran atas Amerika kemudian menjadi landasan penyemangat rakyat Iran untuk terus menghidupkan sepak bola di tanah Mullah. Meskipun belum 100% mendukung sepak bola, Namun sedikit demi sedikit penguasa mulai menerima olah raga tersebut sebagai salah satu kebanggaan dari Iran. Hanya di sector sponsorship produk – produk barat dan kehadiran penonton wanita di stadion saja yang masih belum dibebaskan oleh penguasa. Sementara itu, pemain-pemain Iran pun mulai banyak yang diizinkan untuk klub di Liga-liga elit  Barat (Eropa) diantaranya adalah Ali Dei, Ali Karimi, Mehdi Mahdivikia, dan masih banyak yang lainnya. Itulah bukti kesuksesan rakyat Iran didalam membangun sepak bola ditengah minimya dukungan dari penguasa.

Penutup
Kalau Indonesia memiliki Bulu tangkis sebagai olah raga yang digandrungi rakyatnya, maka di Iran punya sepak bola. Rakyat Iran terkenal fanatik dalam sepak bola sampai sampai  mereka tercatat sebagai yang terfanatik di Asia. Perjalanan sepak bola di Iran sudah dimulai sejak masa lampau, tepatnya pada permulaan abad 20. Permainan yang dibawa oleh colonial Inggris ini pun begitu cepat digemari oleh rakyat Iran.

Dimasa kekuasaan Dinasti Pahlevi yang sekuler dan pro barat sepak bola begitu bebas dinikmati rakyat Iran. pria, wanita, tua, muda, besar, kecil semua bersuka cita terhadap sepak bola. Federasi sepak bola Iran pun didirikan di tahun 1920. Liga local pun diadakan guna membentuk sebuah kesebelasan tim nasional yang tangguh. Hasilnta tak main-main mereka berhasil menjadi jawara tiga kali berturut-turut di ajang Piala Asia tahun 1968, 1072, dan 1976.

Kebebasan rakyat Iran dalam menikmati sepak bola harus sirna, disebabkan Revolusi 1979. Iran diperintah oleh Khoemeini yang benci terhadap barat. Iran pun diubahnya mejadi negara Republik Islam dengan syariat islam sebagi aturan hukumnya. Karena benci terhadap barat, kecuali sepak bola, segala sesuatu yang berasal dan berbau barat dilarang di Iran. aturan secara syar’I pun diterapkan di sepakbola. Wanita dilarang menonton pertandingan sepak bola baik ke stadion, siaran pertandingan liga-liga Eropa di sensor, bercambur baur antara pria dan wanita untuk pawai kemenangan di jalanan pun dilarang.

Tidak hanya itu, Stadion, tempat latihan, fsilitas terkait lainnya, selama bertahun tahun tak pernah disentuh untuk direnovasi atau bahkan dibangun yang baru, Kota-kota pun kurang menyediakan lapangan yang bagus untuk digunakan warga bermain sepak bola. Namun, pergantian Rezim di tahun 1989 sedikit merubah keberadaan sepak bola di Iran. Dibawah kekuasaan Khamenei dan Presiden Rafsanjani, wanita diperbolehkan kembali bermain sepak bola dengan pakaian tertutup dan kepala mengenakan jilbab. Akan tetapi mereka masih tetap belum bisa menonton sepak bola langsung ke stadion. Di decade iniSepak bola Iran kembali menggeliat, Tim Nasional mereka berhasil mensejajarkan diri kembali dengan Negara-negara elit sepak bola di Asia macam Jepang, Korea Selatan, dan Arab Saudi.

Tahun 1998 setelah menjungkalkan Australia, Iran lolos ke Piala Dunia di Prancis. menariknya mereka berada dalam satu grup dengan Amerika, musuh utama dalam dunia perpolitikan mereka. Panasnya suhu politik keduanya merambat juga dalam dunia sepak bola. Iran berhasil memenagkan pertandingan mereka melawan Amerika dengan skor 2-1. Hasil tersebut begitu disambut dengan suka cita oleh rakyat Iran. nyadari segala keterbatasannya, sepak bola di Iran tetap menjadi hiburan bagi rakyat Iran yang tak akan pernah musnah  di makan zaman. sepak bola tetap digandrungi rakyat Iran, meskipun aturan - aturan penguasa membatasi rakyat Iran untuk menikmatinya.

Kemenangan Timnas Iran atas Amerika kemudian menjadi landasan penyemangat rakyat Iran untuk terus menghidupkan sepak bola di tanah Mullah. Meskipun belum 100% mendukung sepak bola, Namun sedikit demi sedikit penguasa mulai menerima olah raga tersebut sebagai salah satu kebanggaan dari Iran. Hanya di sector sponsorship produk – produk barat dan kehadiran penonton wanita di stadion saja yang masih belum dibebaskan oleh penguasa. Sementara itu, pemain-pemain Iran pun mulai banyak yang diizinkan untuk klub di Liga-liga elit  Barat (Eropa) diantaranya adalah Ali Dei, Ali Karimi, Mehdi Mahdivikia, dan masih banyak yang lainnya.

Demikianlah, meskipun pasca Revolusi 1979 dukungan penguasa terhadap sepak bola minim, namun kefanatikan rakyat Iran yang tinggi mampu menunjukan bahwa Negara Iran dalam sepak bolanya. Sepak bola di Iran bagaikan sebuah drama yang begitu indah untuk dinikmati. dengan menikmatinya kita dapat belajar mengenai Nasionalisme dan kebebasan.


Daftar Pustaka
Artikel:
B. Fozzini, Religion, Politics, and Class: Conflict and Contestation In The Development In Iran, Soccer and Society Vol 5, Taylor and Francis, 2004.
J Steel and S Richter Devroe, The Development Of Women’s Football In Iran: Persective on The Future for Women’s Sport in the Islamic Republic, BritishInstitute of Persian Stadies, Iran, 2003. (J Stor)
Koran:
Republika (29 Maret 2013)
Buku:
Foer Franklin, Memahami Dunia Lewat Sepak bola : Kajian tak lazim tentang sosial politik globalisasi, (Jakarta, Marjin Kiri, 2006)
Hamid Reza Sadr, Once Upon a Time Footbal, (Tehran: Avizhe Publishing, 2001)
Ervand Abrahamian, Iran Between Two Revolutios, (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1982)



[1] B. Fozzini, Religion, Politics, and Class: Conflict and Contestation In The Development In Iran, Soccer and Society vol 5,  Taylor and Franis Ltd, 2004. Hal 4
[2] Dalam bahasa local Biasa disebut  ‘Zurkham Acrneh’
[3] Ibid Hal 6-10
[4] Ervand Abrahamian, Iran Between Two Revolutios, (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1982), hal 120
[5] Republika (29 Maret 2013)
[6] Velayat-e Faqih adalah sebuah system pemerintahan dimana Penguasa dalam hal ini Ayatullah, memiliki kekuasaan lebih tinggi disbanding Presiden. Ketika pemilihan presiden Ayatullah mempunyai kewenangan meng audisi siapa saja calon-calon yang pantas untuk bertarung didalam pemilan presiden tersebut. Mereka juga memiliki wewenang yang tinggi dalam menentukan hukum yang berlaku di Negara Iran. Inilah gambaran system demokrasi yang berlangsung di Iran.
[7] Sadr Hamid Reza, Once Upon a Time Football, (Teheran, Avize Publishing, 2001), Hal 32-33
[8] J Steel and S Richter Devroe, The Development Of Women’s Football In Iran: Persective on The Future for Women’s Sport in the Islamic Republic, BritishInstitute of Persian Stadies, Iran, 2003. (J Stor) hal 315
[9] Franklin Foer, Memahami Dunia Lewat Sepak bola : Kajian tak lazim tentang sosial politik globalisasi, (Jakarta, Marjin Kiri, 2006) hal 210
[10] Lihat  J steel, The Development Of Women’s Football In Iran, hal 316
[11] Lihat Franklin Foer, memahami Dunia lewat sepak bola, hal 213

2 komentar:

  1. Ini tulisan skripsi kakak ya?

    BalasHapus
  2. BONUS 10% EVERY DAY

    Delegasi Bandar Taruhan Judi Bola Sbobet Online Terpercaya dan paling baik yg sediakan jasa pelayanan kepada awal akun permainan judi atau taruhan online buat anda di duta judi online yg bertaraf International, jadi dan terpercaya hanya di judi via pulsa.

    Juga Sebagai Agen Bola Sbobet Indonesia Terpercaya, ZeusBola telah berkerja sama dgn perusahaan Sbobet beroperasi di Asia yang dilisensikan oleh First Cagayan Leisure & Resort Corporation, Manila-Filipina dan di Eropa dilisensikan oleh penaklukan Isle of Man guna beroperasi juga sebagai juru taruhan latihan jasmani sedunia.


    https://bolazeus.pw/2018/12/28/situs-agen-taruhan-sabung-ayam-s128-deposit-pulsa-termurah/
    https://bolazeus.pw/2018/12/27/link-alternatif-s128-deposit-pulsa-sabung-ayam-online/
    https://bolazeus.pw/2018/12/26/panduan-judi-deposit-pulsa-telkomsel-teraman/
    https://bolazeus.pw/2018/12/26/cara-memilih-agen-poker-deposit-via-pulsa/

    bonus deposit s128 sabung ayam

    Daftar di Link Alternatif anti Internet Positif disini :
    alternatif zeusbola
    wa zeusbola

    Ayo daftar sekarang di Zeusbola

    BalasHapus